Senin, 08 September 2008

Ponsel China Terjangkau Memiliki Kamera Resolusi 8 Megapiksel

KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images 

Senin, 8 September 2008 | 03:00 WIB 

Kemajuan teknologi komunikasi informasi tidak bisa disangkal sangat terkait dengan kemajuan yang dicapai oleh RRC, negara berpenduduk 1,4 miliar orang. Daratan China menjadi basis manufaktur dan pasar konsumen ponsel terbesar di dunia.

Dari jumlah penggunaan, China adalah pengguna ponsel terbesar di dunia dengan beberapa juta orang di antaranya memiliki beberapa buah ponsel untuk keperluan pribadi dan bisnis. Pada awal tahun ini, pengguna ponsel yang tercatat pada operator lokal mencapai 592 juta pelanggan.

Kekuatan China, dalam membuat ponsel dan jumlah penggunanya, mampu membangun dan sekaligus menjatuhkan merek apa pun yang dijual di daratan China. Operator ponsel dengan skala seperti China Mobile, misalnya, dengan lebih dari 400 juta pelanggan dengan mudah akan mendikte merek ponsel yang ingin dipasarkan.

Atau, China pun mampu memberikan dampak serius terhadap portfolio investasi teknologi komunikasi, seperti teknologi 3G. Dengan mudah, China menolak penggelaran teknologi 3G dan memaksa investor dan pengembang teknologi ini mengikuti standar yang diinginkan China.

Yang tidak kalah menarik, selain sebagai pasaran konsumen ponsel, China juga memproduksi ponsel secara masif menghadirkan berbagai merek lokal yang mulai digemari konsumen lokal maupun luar negeri, termasuk Indonesia. Di daratan China ada merek-merek yang sama sekali baru, seperti K-touch, Gionee, Huawei, ZTE, Spansion, Qimonda, Amoy, Elitek, dan puluhan lainnya, menyaingi merek-merek ternama seperti Nokia, Motorola, atau Sony Ericsson.

Industri rumahan

Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 60 merek ponsel buatan China yang dipesan secara OEM (original equipment manufacturer), menyerbu pasaran Indonesia dengan harga yang terjangkau dengan beragam fitur yang tidak dimiliki oleh ponsel multinasional. Bulan Juni tahun ini saja ada merek-merek yang mulai dipasarkan yang tidak dikenal sebelumnya, seperti Gstar, D-one, My-G, Nexian, Swahoo, dan Titan.

Yang menarik, ponsel- ponsel buatan China ini mulai dijajakan dengan harga yang sangat murah, mulai dari sekitar Rp 200.000, memungkinkan penggunanya langsung melakukan percakapan teleponi. Dan, dampak yang diakibatkan oleh kehadiran ponsel buatan China ini mulai dirasakan oleh operator yang dengan gencar bersaing menurunkan harga, menawarkan berbagai macam promosi ”gratis,” dan lainnya untuk menarik konsumen sebanyak-banyak dengan layanan yang seringkali tidak masuk akal, seperti menelepon gratis pukul 02.00.

Selama satu bulan, berdasarkan data yang dimiliki Kompas, ponsel merek China yang terjual di pasaran tercatat sekitar 75.000 unit. Dan unit yang paling laku di pasaran adalah merek ZTE yang terjual lebih dari 26.000 unit, lalu Huawei sekitar 22.000 unit. Merek-merek lain di jual di bawah 10 unit, dan bahkan beberapa merek hanya mampu dijual sekitar ratusan unit.

Persoalannya, seringkali pada distributor maupun konsumen menghadapi persoalan dengan ponsel buatan China ini. Mulai dari spesifikasi maupun fitur yang tidak sesuai dengan pesanan, seperti memori disebut 64 KB ternyata hanya 32 KB, atau keluhan konsumen yang tidak mendapat layanan purna jual yang baik, fitur yang tidak berfungsi, panas, dan cepat rusak.

Persoalannya, ponsel buatan China ini, selain dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar di kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, juga dibuat oleh perusahaan skala kecil dan menengah sebagai industri rumahan yang meladeni pembeli distributor dalam kuantitas minimum tidak sampai 500 unit, misalnya.

Akibatnya, pengawasan kualitas produk ponsel jenis yang dibuat industri rumahan ini tidak terjaga sama sekali dan ketika dipasarkan di Indonesia memiliki persoalan dengan konsumen yang ingin memiliki ponsel. Namun, seringkali juga ponsel OEM buatan industri besar seperti Huawei dan ZTE memiliki persoalan karena jumlah ponsel yang diproduksi sangat masif, untuk bisa mencapai skala ekonomi agar bisa dijual dengan harga yang sangat murah.

Gradasi warna

Namun, di sisi lain, ada juga ponsel-ponsel buatan China yang memiliki kualitas tidak kalah menarik dibanding merek multinasional dengan fitur yang seringkali tidak dimiliki oleh Nokia, Sony Ericsson, atau sejenisnya. Salah satu ponsel China yang dicoba Kompas adalah K-touch C800 buatan Beijing Tianyu Communication Equipment Co Ltd yang didirikan pada tahun 2002.

Di China, ponsel K-touch menjadi ponsel populer dengan merek dua aksara kanji disebut Tian Yu atau secara harfiah diterjemahkan sebagai bahasa langit atau bahasa dewa, sebuah transformasi legenda yang dipercaya ratusan juta orang China. Mungkin, ponsel ini memang dimaksudkan untuk melakukan percakapan teleponi dengan para dewa dengan berbagai fitur yang dimilikinya.

K-touch ”Bahasa Dewa” memiliki perspektif berbeda untuk menghadirkan kecanggihan ponsel buatan China, sekaligus ”pamer teknologi” yang mampu dilakukan oleh K-touch yang selama ini memiliki puluhan model ponsel yang terbagi dalam tujuh kategori mulai dari yang disebut lishi jixing (model kuno) sampai kuxuan xuanping xilie (seri layar putar).

Berbeda dengan ponsel lain di pasaran, K-touch C800 menghadirkan ponsel dari perspektif lain dengan memberikan penekanan pada kamera ponsel yang mencoba mempertegas konvergensi teknologi ponsel berkamera dengan resolusi 8 megapiksel, atau mungkin juga kamera berponsel. Gagasannya memang bukan murni K-touch, karena Samsung asal Korea Selatan juga sebelumnya memproduksi ponsel kamera pertama dengan kemampuan 5 megapiksel.

Ponsel ”Bahasa Dewa” ini menggunakan CCD (charge-coupled device) untuk menopang kemampuan kamera 8 megapiksel, dan tidak menggunakan interpolasi untuk memanipulasi resolusi yang mampu dihasilkan oleh C800 ini. Selain itu, ponsel ini juga menggunakan pembesaran optik sampai tiga kali (3 x), serta sensitivitas cahaya sampai ISO 1600.

Menggunakan lampu pijar Xenon flash, fitur lain yang menarik dari K-touch C800 ini adalah layar monitor 2,8 inci (diagonal 7,11 cm) disentuh dengan jari atau menggunakan stylus. Ukurannya memang besar, 123 x 56 x 21 mm, dan ketika lensa optik keluar di bagian belakang, nyaris kita tidak bisa membedakan apakah C800 ini sebuah ponsel atau kamera digital.

Kualitas yang dihasilkan pun mengagumkan, sama dengan foto digital berbagai merek ternama yang ada di pasaran. Warna foto digital yang mampu dihasilkan C800 sangat terang dan condong vivid, tetapi mampu menangkap gradasi perbedaan warna memuaskan cocok untuk keperluan pribadi penggunanya atau sebagai alat bantu bisnis, misalnya agen rumah, arsitek, dan sebagainya yang memerlukan satu perangkat all-in-one ponsel dan kamera digital.

K-touch C800 adalah sebuah kemajuan teknologi yang mampu melakukan konvergensi utuh menghadirkan teknologi mutakhir dalam satu kemasan produk yang terjangkau. Satu saja persoalannya, berbagai ponsel buatan China ini belum memiliki teknologi 3G sehingga mengirim foto menggunakan C800 membutuhkan waktu sendiri yang bisa membosankan penggunanya yang menunggu terkirimnya foto resolusi tinggi. (rlp)

Ponsel China yang dijajakan di pasaran dengan harga yang sangat murah, sekitar Rp 200.000, ternyata mampu juga untuk menghasilkan kovergensi teknologi dengan menggabungkan berbagai fitur ponsel dan menghadirkan kamera digital resolusi tinggi. K-touch C800 memang termasuk besar ukurannya untuk ukuran ponsel yang digemari konsumen, tetapi ponsel yang laris di daratan China ini memiliki kamera resolusi 8 megapiksel serta layar sentuh yang futuristik.