Selasa, 25 November 2008

Mabuk Dunia Maya, sampai Lupa Etika


KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Lebih dari seribu blogger berkumpul di acara Pesta Blogger 2008 di Jakarta, Sabtu (22/11).
Minggu, 23 November 2008 | 03:00 WIB

Oleh Ninuk Mardiana Pambudy & Budi Suwarna

Munculnya ”blog” berisi kartun berbahasa Indonesia yang menggambarkan fisik Nabi Muhammad SAW kembali bikin heboh. Wordpress, situs tempat ”blog” itu berada, menutup akses ke ”blog” tersebut pada Rabu (19/11) malam begitu siangnya ada permintaan dari Pemerintah Indonesia.

Sepekan sebelumnya, pemasar PT Bahana Securities terpaksa berurusan dengan pihak berwajib gara-gara mengirim surat elektronik kepada kliennya soal lima bank yang dilanda kesulitan likuiditas tanpa memverifikasi informasi itu. Juga masih menempel di ingatan heboh film Fitna yang dimasukkan dalam situs YouTube.

Daftar masalah yang muncul di dunia maya bisa amat panjang, tetapi manfaatnya, untungnya, jauh lebih besar. Dunia maya berkembang amat cepat ke arah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Siapa saja bisa bergabung di sana dan apa saja dapat disampaikan di sana. Hasilnya, banyak kemungkinan terjadi.

”Saat ini masyarakat dalam euforia merasakan kebebasan mengeluarkan pendapat apa saja di dunia maya sampai-sampai lupa ada etika di sana,” Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Euforia itu muncul, antara lain, dalam bentuk penyelenggaraan Pesta Blogger 2008, Sabtu kemarin, di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Ini acara tahunan kedua para blogger yang diikuti sekitar 1.500 orang. Jumlah itu pun, menurut ketua panitia, Wicaksono, terpaksa dibatasi karena tempat. Sebelum di Jakarta, acara sejenis sudah diadakan di Bali dan Yogya dengan mengundang lima blogger asing, salah satunya Jeff Ooi, blogger asal Malaysia yang punya blog politik.

Sehari sebelumnya, Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) mengadakan Muktamar Blogger II. Seperti namanya, acara itu diadakan di tepi Bundaran HI, di trotoar di depan Plaza Indonesia. Mereka rutin kumpul di sana tiap Jumat malam sepulang kerja.

”Acara kemarin malam penutupan kampanye Gerakan Seribu Buku. Lumayan, dapat 1.500 buku yang kami kirim ke sekolah di Yogya, Cilacap, dan Jakarta,” kata Saiful (31), asal Cilacap, pendiri BHI bersama Bachtiar.

”Blog”

Blog kini menjadi salah satu cara berkomunikasi di dunia maya yang lumayan populer di Tanah Air. Wicaksono, pemilik blog ndorokakung.com, memperkirakan ada tak kurang dari 500.000 blog yang dibuat orang Indonesia dan membentuk 34 komunitas.

”Jumlah pembuat sulit diketahui karena satu orang bisa punya lebih dari satu blog,” kata Wicaksono yang bekerja sebagai Redaktur Koran Tempo.

Berawal dari kata web log, blog awalnya adalah catatan harian yang ditempelkan (posting) ke sebuah situs yang dapat diakses siapa saja. Blog menjadi semakin populer ketika kemudian tersedia situs yang menyediakan diri sebagai rumah gratis bagi blog, seperti Blogspot dan Wordpress.

Apabila di dunia internasional blog mulai dikenal tahun 1998, di Indonesia, kata Wicaksono, peminatnya mulai muncul tahun 2004 dan meningkat tajam pada tahun 2007.

”Uniknya, di Indonesia paling-paling hanya 5 persen yang bicara politik. Mengherankan juga karena sekarang ruang untuk berpendapat jauh lebih bebas,” kata Wicaksono. Lainnya berisi mulai dari kuliner, wisata, atau perjalanan, jual-beli, hingga prosa dan puisi. Beberapa blog begitu populernya sehingga dapat membangkitkan nilai ekonomi.

Blog naked-traveler.blogspot.com milik Trinity yang berisi catatan perjalanan, misalnya, menghasilkan buku The Naked Traveler yang dua kali naik cetak dengan jumlah 30.000 buku. Blog kambingjantan.com milik Raditya Dika, yang sekarang sudah dia tutup, menghasilkan buku dan film.

Sebagai media yang dianggap lebih demokratis dan lebih jujur dari media tradisional dengan pendekatan jurnalistik, seperti media cetak, televisi, atau radio, blog memuat apa saja. Laporan dari tempat kejadian yang disajikan tanpa terikat kaidah jurnalistik yang menuntut antara lain verifikasi informasi, melaporkan secara seimbang, atau persyaratan tak memuat unsur yang menimbulkan ketegangan antaragama, suku, ras, dan antargolongan (SARA) bisa memberi perspektif berbeda terhadap suatu peristiwa.

Melihat keleluasaan blog yang tidak dibatasi jumlah halaman atau waktu penyiaran, blog belakangan juga digunakan media jurnalistik sebagai sarana wartawannya melaporkan hal-hal yang tidak dapat dituliskan di media utama. Majalah The Economist, misalnya, yang memuat informasi ekonomi-politik, blog para wartawannya memuat pengalaman yang lebih pribadi dan menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat di tempat mereka meliput.

Namun, kebebasan itu dapat disalahgunakan pembuat blog dengan memunggah informasi bohong (hoax). Informasi Sarah Palin tidak tahu Afrika adalah benua dan disiarkan stasiun televisi MNSBC setelah Pemilu AS usai ternyata hoax dari blog Martin Eisenstadt. Menurut The New York Times yang dikutip International Herald Tribune (14/11), blog tersebut benar-benar ada, tetapi Eisenstadt tidak nyata, bahkan hanya permainan.

Atau memuat isi yang bikin banyak orang tersinggung, seperti kartun Nabi Muhammad SAW. ”Kita punya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang disahkan Maret 2008. Yang dilarang adalah pelanggaran kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman, berita bohong dan menyesatkan, serta yang SARA,” kata Sylvia Sumarlin. Transaksi elektronik maksudnya semua data yang mengalir melalui jaringan komputer dan media elektronik lain.

Jadi hansip

Meskipun begitu, banyak kemungkinan informasi bohong dapat muncul di dunia maya. Karena tidak menimbulkan kehebohan atau tak ada yang mengadukan kebohongan itu, tidak ada penindakan dari aparat hukum.

”Ada dua pandangan mengenai ini. Yang pertama, para blogger adalah penanggung jawab informasi di blog-nya. Yang kedua, pengunjung situslah yang harus dapat menyensor informasi yang dia terima,” kata Wicaksono. Alasannya, sudah disepakati umum informasi di dunia maya adalah informasi yang tidak diedit, tidak disensor, dan tidak disaring.

Yusro M Santoso, salah satu pendiri InMark Communication yang menyediakan tempat gratis untuk blog, dagdigdug.com, tidak terlalu khawatir dengan blog nakal.

”Teman-teman blogger jadi hansip. Mereka akan berbagi informasi kalau ada info tidak benar sehingga blog itu kehilangan kredibilitas. Kalau ada blog porno, pasti langsung kami tangkal,” kata Yusro yang pernah jadi wartawan.

”Ranah maya sebenarnya sama seperti dunia nyata, ada etika. Tetapi, saya lebih cenderung pengunjung blog yang menyaring informasi. Kalau blogger belum-belum sudah dibatasi, tidak asyik; menyimpang dari sifat demokratis blog,” kilah Iqbal pemilik Warung Wedang Wi-fi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan blog wetiga.com.

Tarik-menarik itu akan terus berlangsung dan siapa yang dapat menduga ke mana ujungnya, termasuk juga pembangkitan nilai ekonomi dari sana.

Internet


Info Sesat di Dunia Maya
Minggu, 23 November 2008 | 10:37 WIB

Matahari akan bersinar 36 jam nonstop pada 17 Oktober 2008. Ini terjadi 2.400 tahun sekali. Kita beruntung dapat menyaksikan dan merasakannya. Beritahukan yang lain, ya!

Informasi yang beredar dari milis ke milis bulan lalu ini sempat menghebohkan. Sejumlah media arus utama pun sempat terpancing untuk menulis dan mengonfirmasikan berita ini kepada ahli astronomi. Hasilnya, informasi itu tidak benar.

Di rimba internet, informasi sampah semacam ini sangat banyak. Informasi yang dikategorikan hoax (cerita bohong) ini dengan leluasa menyelonong ke kotak surat elektronik setiap orang. Sering kali hoax membuat heboh dan merugikan banyak pihak.

Sebagian warga Yogyakarta, Mei lalu, misalnya, sempat khawatir karena beredar informasi di dunia maya bahwa 11 hari lagi akan ada gempa dahsyat yang memicu tsunami. Untuk lebih meyakinkan, berita itu mencatut nama jaringan televisi CNN. Menurut informasi itu, CNN memberitakan lempeng bumi Australia sedang bergerak ke arah utara menuju Asia dan akan menabrak Pulau Jawa.

Namun, hingga 11 hari berikutnya, Yogyakarta ternyata aman-aman saja. Pasalnya, informasi itu memang bohong.

Di Paris, Perancis, sebagian orang takut ke bioskop karena ada informasi yang menyebutkan banyak orang pantatnya tertusuk jarum yang ditebar di kursi bioskop. Yang menakutkan, jarum tersebut dilaporkan telah terkontaminasi HIV. Lebih seram lagi, akibat tertusuk jarum itu, para korban belakangan diketahui tertular HIV.

Hoax serupa juga menyebutkan, seorang gadis muda yang berencana menikah tertusuk jarum di Priya Cinema, New Delhi, India. Jarum itu diberi catatan ”Selamat Datang di Dunia Penderita HIV”.

Selanjutnya, hoax tersebut menjelaskan, empat bulan setelah tertusuk jarum, gadis itu meninggal karena syok berat. Hoax itu juga mewanti-wanti semua orang untuk berhati-hati dan waspada di tempat umum.

Ciri-ciri

Ada beberapa ciri hoax, antara lain informasinya sensasional, berisi peringatan-peringatan berbahaya tanpa dasar yang jelas, dan menuntut pengguna internet untuk menyebarkannya ke orang terdekat, keluarga, atau pengguna internet lain.

Begitulah rimba raya internet. Informasi yang melimpah ruah tidak selamanya membantu orang. Sebagian justru menyesatkan.

Wicaksono, blogger senior di Jakarta, mengatakan, pengakses tidak boleh polos dan percaya 100 persen informasi dari internet. ”Tidak selamanya internet membuat segalanya terang benderang,” kata dia. (BSW/DHF)

Dunia Nyata


Dari Dunia Maya lalu Kopi Darat


KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Para blogger memanfaatkan warung angkringan Warung Wedang Wi-fi di Jalan Langsat I, Jakarta Selatan, untuk kopi darat.
Minggu, 23 November 2008 | 03:00 WIB

Blogger boleh punya banyak teman yang didapat melalui dunia maya, tetapi itu ternyata tak memuaskan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Karena itu, para blogger yang merasa punya kesamaan kepentingan atau aspirasi membuat komunitas di dunia nyata.

Komunitas itu muncul di berbagai daerah di Indonesia, seperti komunitas Cah Andong di Yogyakarta, Anging Mamiri di Makassar, Bali Blogger Community (BBC) di Bali, dan Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) di Jakarta.

Saiful (31) yang bersama temannya, Bachtiar, mendirikan Komunitas BHI pada pertengahan 2006 mengatakan, awalnya dia membuat blog yang isinya adalah unek-unek perasaan sebagai ”orang kampung” yang merantau di Jakarta.

”Banyak sekali hal jauh berbeda di Jakarta dibandingkan dengan kehidupan saya di Cilacap,” kata Saiful yang karyawan Bank Indonesia itu.

Ternyata blog-nya menarik perhatian sejumlah perantau yang punya perasaan sama. Dari sana lalu terpikir untuk bertemu di dunia nyata. Mereka memilih tempat berkumpul di trotoar di depan Plaza Indonesia di seberang Bundaran Hotel Indonesia untuk kopdar (kopi darat). Karena itu, nama komunitas mereka yang sangat cair itu Komunitas BHI. Mereka bertemu di sana tiap Jumat malam sepulang kantor.

Dunia nyata

Dari bertemu secara rutin, mereka merasa harus melakukan sesuatu di dunia nyata.

”Kami tidak ingin dianggap NATO (no action talk only/omong doang),” kata Herman Saksono (27), salah satu moderator Cah Andong.

Selain kegiatan seminar dan bincang-bincang, Cah Andong juga mengadakan kegiatan dadakan seperti bakti sosial dan bersih pantai di Pantai Pandansari, Yogyakarta.

Sebagai kegiatan rutin, blogger Cah Andong mengelola situs wajahjogja.com. Di situs ini, para blogger Cah Andong meliput dan menulis profil orang Yogya.

Profil yang dimunculkan tidak harus orang terkenal atau orang berpendidikan di Yogyakarta, tetapi bisa juga profil rakyat kecil seperti penjaja koran, gelandangan yang jadi korban penertiban, nelayan yang sulit mendapat ikan, dan lain-lain.

Pilihan pada orang kecil bukan tanpa maksud. Dengan cara itu, blogger Cah Andong ingin menggugah kepedulian siapa saja akan nasib rakyat kecil. ”Jadi, jangan hanya mengandalkan pemerintah,” tutur Herman.

Komunitas BHI membangun kegiatan produktif untuk masyarakat tidak mampu di Desa Bangsari, Cilacap. Menurut anggota BHI, Iman Brotoseno, di desa miskin itu mereka membagikan bibit kambing untuk diternak warga desa. Uang hasil penjualan kambing digunakan warga desa untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Jumat malam lalu BHI mengadakan Muktamar Blogger II di depan Plaza Senayan. Menurut Saiful, ada sekitar 40 orang datang di acara yang dimulai pukul 21.00 hingga lewat tengah malam. Di situ mereka juga menutup kampanye Gerakan Seribu Buku yang berhasil mengumpulkan 1.500 buku untuk anak-anak sekolah.

”Kampanye itu kami posting di blog, siapa saja boleh menyumbang,” kata Saiful. Buku yang terkumpul itu dikirim ke sekolah-sekolah antara lain di Yogya, Cilacap, dan Jakarta.

Cah Andong juga memilih Jumat malam untuk acara rutin Juminten-an atau Jumat Midnite Tenguk-Tenguk (nongkrong). Biasanya sekitar 30 orang blogger Cah Andong bertemu di depan monumen Serangan Oemoem Satu Maret di perempatan Malioboro. (IND/BSW/NMP)

Dari "Blog" Menjemput Peluang


KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Minggu, 23 November 2008 | 03:00 WIB

Ninuk Mardiana Pambudy & Budi SUwarna

”Hi, I am Trinity, an ordinary woman in Jakarta who loves traveling. This is my journal and thoughts collected from my trips around the globe and across my lovely country, Indonesia.”

Itu catatan identitas pemilik blog yang namanya tidak kalah membangkitkan keingintahuan, naked-traveler.blogspot.com.

”Sengaja saya memakai nama Trinity, nama yang mengingatkan pada tokoh film Matrix, untuk menarik minat dan diklik orang ketika mereka mencari pakai mesin pencari,” kata Perucha, pemilik situs tersebut.

Menurut Trinity, begitu dia lebih suka disebut, tidak mungkin pakai nama perempuan, misalnya, Yanti, karena orang biasanya tidak akan mencari nama itu dalam mesin pencari.

Nama blog-nya juga provokatif. Naked, dari bahasa Inggris, yang artinya telanjang. Tetapi, seperti ditulis Trinity di blog-nya, tidak ada ketelanjangan di sana.

Pasti bukan karena nama yang provokatif dan mengundang imajinasi nakal itu yang membuat orang datang ke blog tersebut yang sampai Sabtu petang lalu sudah diklik 279.262 pengunjung.

Cerita perjalanan dengan sentuhan pribadi dalam blog yang dibuat mulai tahun 2006 itu memang menarik. Simak judul You.Me.Marry, misalnya. Trinity bertutur tentang pengalamannya sebagai traveler perempuan yang bepergian dengan sesama teman perempuan, berulang kali diajak menikah oleh lelaki berkulit hitam. Entah di Roma, Italia, atau di Amerika. Mulai dari cara merayu sampai digotong lelaki kulit hitam untuk dipaksa menikah dituturkan Trinity di situ.

Bernilai ekonomi

Dari awalnya hanya sebagai cara mencurahkan berbagai pengalaman selama berkelana, akhirnya blog yang populer itu mengilhami lahirnya buku.

”Ada 70 cerita yang di-copy-paste dari cerita tahun 2005-2006 dalam blog saya menjadi buku The Naked-Traveler,” kata Trinity. Buku terbitan Bentang Pustaka tahun 2007 itu sudah dua kali cetak ulang dengan jumlah 30.000 buku.

Pengalaman mirip juga berlaku pada Raditya Dika (23). Mahasiswa semester V Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia membangun blog pribadi kambingjantan.com sejak 2002. Blog ini berisi pengalaman sehari-hari yang dia tuliskan secara lucu.

Tak dinyana blog ini menarik banyak pengunjung dan mendapat penghargaan The Best Indonesian Blog dari blog theflyingchair.net yang rajin memberi peringkat pada blog di berbagai negara.

Popularitas blog kambingjantan lalu menarik minat penerbit Gagas Media tahun 2005 menerbitkan buku yang memakai judul sama dan isinya diambil dari blog.

Bukunya pun tak kalah laku. Raditya memperkirakan tahun ini buku itu telah dicetak 19 kali dan memberi dia royalti lebih dari Rp 100 juta.

Pembangkitan nilai ekonomi yang tidak direncanakan dari awal juga terjadi pada blog ndorokakung.com milik blogger senior, Wicaksono.

Meskipun disampaikan secara ringan, blog itu memberi informasi seputar dunia politik, kebanyakan isu dalam negeri. Komentar terbarunya antara lain tentang blog kartun Nabi Muhammad SAW yang membuat banyak orang marah. Tidak seperti dugaan banyak orang, menurut ndorokakung.com kartun itu sudah muncul beberapa bulan. Kehebohan meledak setelah media arus utama mengangkatnya sebagai berita.

Cara mengisi blog yang konsisten, informasinya dapat dipercaya dan selalu diperbarui, serta disajikan ringan membuat blog Wicaksono memiliki banyak pengunjung. Pemeringkatan yang dilakukan blog indonesiamatters.com menempatkan ndorokakung.com pada peringkat kelima blog terpopuler di Indonesia.

Pemeringkatan itu, menurut Wicaksono, dapat dipakai calon pemasang iklan menempatkan iklan mereka. Ndorokakung.com pun mendapat iklan meskipun belum ajek.

Nilai ekonomi yang muncul dari kegiatan kreatif ini dapat melebar ke arah yang semula tak dibayangkan pembuatnya. Cerita dalam dalam buku itu kini dijadikan film berjudul sama yang ditargetkan putar perdana di bioskop awal 2009.

Raditya menulis skenario film itu bersama Salman Aristo dengan sutradara Rudy Sujarwo. ”Saya tidak menjual putus cerita itu, tetapi menggunakan sistem royalti,” kata Raditya.

Alat pemasaran

Karena sifatnya yang menular seperti virus—mereka mengistilahkan viral communication—blog juga bisa ampuh sebagai alat pemasaran.

Iqbal Prakarsa membuat blog wetiga.com untuk mempromosikan warung angkringannya yang menjual nasi kucing—nasi dalam porsi mini—dan wedang jahe di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pengunjung Warung Wedang Wi-fi (Wetiga) mendapat fasilitas internet gratis, tetapi harus bawa laptop sendiri.

Pengunjung Wetiga akan dipotret lalu fotonya dimasukkan dalam wetiga.com. Kiat itu berhasil dan warung yang baru buka malam sejak dua bulan itu beromzet rata-rata Rp 500.000-Rp 600.000 semalam.

Dengan cara itu pula kampanye Gerakan Seribu Buku Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) berhasil mengumpulkan 1.500 buku. Salah satu penyumbangnya Dubes Amerika untuk Indonesia Cameron R Hume. Dubes Hume mendatangi warung angkringan itu dan dalam foto di wetiga.com terlihat ikut makan tempe.

Hak cipta

Meskipun memberi banyak peluang tak terduga, blog juga membawa risiko, yaitu pembajakan karya.

Raditya langsung menutup kambingjantan.com ketika menyadari potensi pembajakan itu setelah blog-nya ternyata bernilai ekonomi. Sebagai ganti, dia membuat raditya.com sebagai alat pemasaran untuk buku-buku dan filmnya.

Sementara Trinity tidak khawatir isi blog-nya dibajak dengan alasan bahasa, sudut pandang, serta lokasi yang diceritakan amat personal, sutradara film iklan, Iman Brotoseno (42), sempat jengkel karena blog-nya dimanfaatkan orang tanpa izin.

Lebih nekat lagi, informasi itu diterbitkan sebagai bagian dari buku. Ketika sedang berjalan-jalan di Jakarta, Iman menemukan buku berjudul Soekarno Uncensored, Benarkah Soekarno Lebih dari Soeharto?. Bab ”Akhir yang Tragis” di halaman 99-102 ternyata mengutip mentah-mentah tulisan dari blog Iman.

Iman mengaku terlalu sering tulisannya dalam blog dicomot tanpa izin. ”Tetapi, kali ini keterlaluan karena sampai dibuat buku. Saya hanya butuh pengakuan, seharusnya penulis buku itu mencantumkan sumbernya,” tandas pemilik blog imanbrotoseno.com. Setelah Iman mengirim surat teguran, penulis buku itu mengakui kekeliruannya dan menarik buku dari peredaran.

”Sebenarnya dunia maya juga terikat aturan hukum. Karya tulisan, gambar, atau film dilindungi oleh World Intellectual Property Organization sebagai hak kekayaan intelektual. Sama seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, perlindungan WIPO tidak dibatasi wilayah geografis,” jelas Ketua Umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Nah, meskipun dunia maya memberi kebebasan seluas-luasnya, ternyata tetap ada etika dan aturan yang tidak bisa diabaikan.(IND)

Minggu, 16 November 2008

Nge-blog yang Semakin Memudahkan Komunikasi


Manfaat Menyimpan Data
Sabtu, 15 November 2008 | 09:55 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Web blog atau yang biasa dikenal dengan blog, bentuk aplikasi web yang berisi beragam posting, semakin dikenal masyarakat luas dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Meskipun bersifat personal, media interaktif ini dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif.

Sejak pertama kali dipopulerkan oleh www.blogger.com tahun 2002, setiap tahun blog semakin familiar. Terbukti dari munculnya berbagai situs yang menyediakan layanan serupa seperti blogspot.com, multiply.com atau wordpress.com.

Sosiolog dari Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang Hedi Pujo Santosa di Kota Semarang, Jumat (14/11), mengatakan, perkembangan teknologi mau tidak mau mengubah budaya masyarakat dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, keberadaan internet memberikan andil besar.

"Blog sebagai salah suatu media personal dapat menjadi semacam perluasan ruang publik. Misalnya, jika seseorang memiliki pemikiran tentang sebuah wacana publik, ketika diposting, umpan balik yang diterima dapat sesegera mungkin," kata Hedi.

Hedi menambahkan, blog kemudian menjadi sarana yang efektif dan efisien dalam menyebarkan suatu informasi. Melalui bantuan mesin pencari (search engine semacam google), publik akan lebih mudah mengakses. Belum lagi jangkauan internet yang tidak terbatas memungkinkan pengguna blog berinteraksi dengan orang di belahan dunia lain.

"Telah terjadi pergeseran, dari komunikasi secara konvensional dengan bertatap muka menjadi komunikasi dengan media. Tentu ada beberapa hal yang bisa didapat saat berkomunikasi secara tradisional tidak didapat saat berkomunikasi dengan media blog, misalnya kedekatan emosional lawan bicara. Romantisme demikian tidak didapat ketika orang menggunakan media," ujar Hedi.

Hedi menjelaskan, komunikasi secara konvensional masih memiliki ruang tersendiri, terutama pada momen-momen tertentu. Komunikasi dengan blog pun menjadi sebuah tuntutan karena saat ini masyarakat membutuhkan kecepatan, efisiensi, dan efektivitas.

Merebaknya pengguna blog dengan berbagai kepentingan juga membutuhkan kontrol diri penggunanya. Pasalnya, informasi yang disajikan dalam blog tidak semuanya berguna dan akurat. Jadi, pengguna bloglah yang harus pandai-pandai memilah antara informasi yang benar atau hanya informasi sampah.

Seorang wartawan pengguna blog, Anton Sudibyo (25), mengatakan, blog memberinya media untuk mengaktualisasikan diri lewat tulisan. "Lewat blog saya dapat menulis dengan bebas, menulis apa saja. Sifatnya lebih personal, bukan untuk berbisnis atau kepentingan lain," katanya.

Melalui media itu pula, Anton lantas memperluas jaringan pertemanannya di berbagai wilayah sejak bergabung dengan multiply.com dua tahun lalu.

Mereka yang memiliki keterikatan terhadap satu hal yang sama, para blogger (pengguna blog) pun membentuk sebuah komunitas. Salah satunya loenpia.net, yakni wadah bagi blogger yang memiliki keterikatan terhadap Kota Semarang.

"Kami bisa berbagi tentang banyak hal, terutama karena setiap anggota berasal dari berbagai latar belakang berbeda-beda," kata Budiono (30), salah satu pencetus loenpia.net. Manfaat lain

Jika blog pada umumnya lebih sering digunakan sebagai alat untuk menyampaikan opini dan pemikiran, Agung Hima (37), seorang pelatih teater yang tinggal di Gombel Permai, Kota Semarang, menemukan manfaat lain dari blog.

"Saya sering bermasalah dengan penyimpan data atau flash disk. Saya memakai blog untuk menyimpan semua tulisan yang saya buat agar aman," kata Agung yang mengenal blog sejak tahun 2000.

Di dalam blognya yang berjudul "Hurts", Agung menyimpan berbagai tulisan pendek dan puisinya. Setiap hari ia mampu menulis empat tulisan. Ia perlu waktu sekitar 1 jam untuk menulis blognya di warung internet.

"Paling tidak ada 10 orang yang membaca tulisan saya setiap hari," kata Agung yang mengajar teater antara lain di SMA Negeri 1, 2, dan 3 di Kota Semarang itu. Selain menampilkan tulisan, blog yang dibuatnya juga memuat foto-foto teater dan resensi buku.

Blog dan tulisan miliknya juga membuat salah satu penerbit tertarik untuk memublikasikannya dalam bentuk buku. Ia mengaku bertemu dengan agen penerbit itu saat mengunjungi pameran buku murah di Semarang pekan lalu.

"Sebelumnya sudah ada beberapa kontak penerbit di dalam blog saya. Dari kontak itulah, penerbit lain mengenal saya dan tertarik untuk bekerja sama," kata Agung. Ada satu lagi blog miliknya, tetapi dia sengaja tidak memublikasikan. Blog itu dibuat khusus untuk menyimpan novel yang sedang dia buat.

"Hanya teman dekat yang tahu blog ini," ujar Agung. (UTI/DEN)

Rabu, 12 November 2008

Media Massa


Kesehatan Psikologis Publik Harus Dijaga
Selasa, 11 November 2008 | 00:11 WIB

Jakarta, Kompas - Media massa memang seperti pisau bermata dua, memiliki fungsi dan disfungsi sekaligus. Fungsi media menginformasikan realitas pada akhirnya memberi dampak sampingan yang negatif. Dengan kesadaran itu, media perlu lebih mengendalikan diri. Sebab, bagaimanapun media juga harus menjaga kesehatan psikologis masyarakat.

Hal itu dikemukakan Ibnu Hamad, pengajar Etika Media dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Senin (10/11). Ibnu mengemukakan pendapatnya terkait gejala peniruan atau imitasi praktik kejahatan dan kekerasan oleh masyarakat melalui media massa.

”Dalam hal berita kriminal, tidak lantas media tidak memberitakan sama sekali. Tetapi, ini soal penyajiannya,” kata Ibnu.

Ibnu mengatakan, upaya media mengaburkan gambar-gambar yang mengerikan saja tidak cukup. Media juga sepatutnya tidak menampilkan, termasuk secara grafis, soal rekonstruksi tentang teknis sebuah kejahatan dilakukan. Hal ini untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan publik terinspirasi oleh pemberitaan kriminal atau kekerasan.

”Publik memang perlu dipenuhi kebutuhannya untuk tahu informasi. Namun, harus diingat, publik juga harus dijaga kesehatan moralnya,” kata Ibnu.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Fachmi Idris menyebutkan, lembaga-lembaga yang terkait dengan media massa harus memberikan sanksi yang konsisten kepada media yang merasionalisasikan pemberitaan tanpa mengindahkan dampak negatif terhadap kesehatan jiwa, dan psikososial masyarakat. ”Sudah banyak kajian yang membuktikan pemberitaan kerap menimbulkan coping mechanism (peniruan) yang cenderung patologis, baik terhadap individu maupun masyarakat luas,” kata Fachmi.

Kekacauan nilai

Harry Susianto, psikolog sosial dari Universitas Indonesia, mengungkapkan, masyarakat yang terus-menerus dicekoki nilai-nilai kekerasan lama-kelamaan menganggapnya lumrah dan tidak lagi sensitif. Akibat luasnya, nilai dan norma menjadi kacau. Baik dan benar menjadi rancu.

”Media harus berani bersikap untuk mengabaikan hal-hal yang bisa berdampak buruk bagi publik,” ujar Harry.

Ratna Mardiyati, Direktur Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heertjan, Jakarta, menjelaskan, kondisi sosial ekonomi yang sudah penuh tekanan menjadi rentan dipicu oleh tontonan kekerasan di media massa. Contoh sederhana, tindakan mendorong-dorong pagar ketika berunjuk rasa seakan menjadi tren di setiap demonstrasi. Tren itu diadopsi dari media. (SF/ONG)

Agenda Baru Etika Media Massa


Rabu, 12 November 2008 | 00:43 WIB

R Kristiawan

Kegelisahan masyarakat terkait praktik media massa akhirnya muncul juga.

Media massa dianggap sebagai salah satu agen yang amat berperan dalam imitasi perilaku sosial, termasuk kriminalitas. Harian Kompas dan Tb Ronny Nitibaskara (10/11/2008) menulis, media massa, terutama televisi, berperan dalam imitasi perilaku kejahatan, termasuk mutilasi.

Telaah tentang pengaruh media massa bagi perilaku sosial sebenarnya sudah menjadi kajian lama. Riset Albert Bandura tahun 1977 menemukan, televisi mendorong peniruan perilaku sosial, bahkan pada tahap akhir mampu menciptakan realitas (teori pembelajaran sosial kognitif). Untuk konteks Indonesia, debat tentang tema itu masih berlangsung tanpa refleksi berarti bagi media massa, terutama televisi.

Dua wilayah etika media

Hingga kini, fokus perhatian etika media massa ada pada wilayah teknik jurnalistik. Wilayah teknis dalam etika media massa ini terkait proyek bagaimana menghasilkan berita yang sesuai dengan fakta dan mengurangi bias sekecil mungkin. Nilai berita, yaitu kebaruan, kedekatan, kebesaran, signifikansi, dan human interest, menjadi rambu-rambu teknis untuk menentukan kelayakan berita.

Pada wilayah itu, pembangunan etika didasarkan prinsip-prinsip teknis, yaitu akurasi, keberimbangan, dan keadilan (fairness). Tujuan utamanya adalah membangun obyektivitas dan kebenaran (truth). Hingga kini, berbagai jenis pelatihan etika jurnalistik hanya berorientasi pada masalah etika dalam wilayah teknik jurnalistik.

Dalam kompetisi industri media yang kian seru, pertimbangan teknis sering hanya didasari etika teknis. Sebuah talkshow di televisi baru-baru ini membahas mutilasi dengan mengundang dua narasumber: seorang kriminolog dan ahli forensik. Sang ahli forensik dengan dingin memaparkan aneka jenis modus mutilasi dengan amat rinci, termasuk cara pemotongan bagian-bagian tubuh.

Jika memakai kaidah etika teknik, tidak ada yang salah dengan acara itu karena memenuhi kaidah akurasi. Namun, sulit disanggah, susah menemukan makna publik di balik pemaparan berbagai teknik mutilasi itu bagi masyarakat. Tak heran jika Sri Rumiyati memutilasi suaminya karena terinspirasi Ryan lewat tayangan televisi.

Masalahnya, ada di wilayah etika kedua terkait makna publik. Wilayah ini melampaui wilayah teknik dan berusaha menampilkan media massa terkait makna publik (public meaning) di balik berita. Etika pada level ini tidak lagi berurusan dengan operasi teknis, tetapi sebagai landasan moral dalam menghadapi fakta publik (Ashadi Siregar, 2008).

Jadi, masalahnya bukan bagaimana menyusun reportase sesuai fakta, tetapi menyampaikan analisis berita (news analysis) agar mempunyai makna publik. Dengan demikian persoalannya bukan apakah sebuah berita sesuai dengan fakta, tetapi apakah berita itu memiliki nilai publik.

Dalam konteks televisi, temuan Bandura tiga puluh tahun lalu seharusnya menjadi peringatan bahwa menampilkan fakta apa adanya ternyata tidak cukup. Menampilkan ahli forensik dalam talkshow TV dan memaparkan teknik mutilasi secara rinci harus dihadapkan pada konteks makna publiknya.

Berita dan kompetisi wacana

Konsekuensi dari etika jenis kedua adalah melihat berita sebagai wacana (discourse) dalam konteks kompetisi perebutan makna adalah kehidupan publik. Berita diposisikan sebagai unit yang mampu memengaruhi proses pembentukan makna dalam kehidupan publik. Kehidupan publik merupakan kawanan makna yang dihasilkan dari perebutan makna oleh berbagai pemegang alat produksi makna.

Postmodernitas mengajarkan, makna selalu relatif bergantung pada siapa yang keluar sebagai pemenang dari medan pertempuran makna. Media massa tidak bisa bersikap naif dengan melarikan diri dari pertempuran itu dan dengan selubung teknik jurnalisme. Persis saat media massa merupakan salah satu lembaga yang signifikan dalam produksi makna, di situ masalah etika publik menjadi relevan.

Dalam perang makna, ada tiga peserta utama, yaitu negara, pasar, dan masyarakat. Tiga hal ini saling berseteru memperebutkan makna sesuai kepentingan masing-masing. Kehidupan publik yang ideal adalah fungsi dari keseimbangan tiga sektor itu.

Di manakah posisi media massa? Secara struktural, sebenarnya bangunan kehidupan media massa sudah ideal. Negara sudah menumpulkan sengat politiknya lewat UU Pers No 49/1999 dan UU Penyiaran No 32/2002. Artinya, hegemoni negara sudah bisa dilucuti. Untuk media penyiaran, aspirasi masyarakat sipil sudah termanifestasikan melalui KPI (meski KPI sering kelimpungan menghadapi industri yang keras kepala). Secara bisnis, bisnis media massa Indonesia sudah amat leluasa, bahkan cenderung mendominasi. Tiga pilar itu sudah hidup dengan leluasa dalam habitat media massa Indonesia.

Ketika fasilitas makro sudah diberikan dan ternyata masih timbul masalah, pendulum harus diarahkan pada wilayah internal media massa sendiri. Dalam iklim kebebasan media, mekanisme swa-sensor menjadi acuan utama dalam menentukan kelayakan berita, meninggalkan sensor eksternal dari negara. Dengan demikian, etika menjadi signifikan dalam proses self-censorship. Masalah muncul karena yang dominan dipakai media massa Indonesia adalah etika teknis yang amat rentan bagi publik dalam konteks kompetisi industrial.

Di sisi lain, menyambut liberalisasi, kita dihadapkan fakta, ada perbedaan bentuk kontrol negara dan kontrol pasar. Kontrol negara bersifat koersif, sedangkan kontrol pasar bersifat intrusif. Intrusivitas kontrol pasar itu menjelma dalam watak berita yang berorientasi pada kompetisi pasar, berlandaskan etika teknis sehingga berita sering kehilangan makna publiknya.

R Kristiawan Senior Program Officer for Media, Yayasan TIFA, Jakarta; Mengajar di Unika Atma Jaya, Jakarta

Industri Kejahatan di Televisi

Industri Kejahatan di Televisi
Rabu, 12 November 2008 | 00:44 WIB

Triyono Lukmantoro

Berbagai berita kejahatan yang disajikan media, terutama televisi, dinilai mampu menginspirasi khalayak melakukan aksi-aksi kriminalitas.

Hal ini terbukti dari mutilasi yang dilakukan Sri Rumiyati (48). Perempuan yang akrab disapa Yati itu mengaku menirukan cara Very Idam Henyansyah (Ryan) dalam membunuh salah satu korbannya. Yati memotong mayat suaminya, Hendra, guna menghilangkan jejak.

Dalam catatan Litbang Kompas, sejak Januari hingga November 2008 terjadi 13 peristiwa pembunuhan mutilasi di Indonesia. Angka tertinggi untuk periode tahunan sejak kasus mutilasi muncul tahun 1967. Pada tahun 2007 terjadi tujuh peristiwa mutilasi (Kompas, 10/11/2008). Apakah tingginya kasus mutilasi merupakan akibat televisi gencar menayangkan kasus-kasus yang ditiru anggota masyarakat lainnya? Lebih mengerikan lagi, kejahatan telah menjadi industri tontonan yang dihadirkan televisi?

Tidak mudah menyimpulkan, berita kejahatan yang disajikan televisi berpengaruh langsung bagi khalayak. Ada tiga perspektif yang dapat dikemukakan. Pertama, media dipandang memiliki kekuatan penuh mendikte perilaku khalayak. Dalam hal ini, khalayak dianggap pasif sehingga merespons begitu saja stimulus yang digelontorkan media. Situasi masyarakat yang penuh alienasi, isolasi, depresi, dan tingkat pengangguran tinggi merupakan lahan subur bagi media dalam menancapkan pesan-pesan kejahatan.

Kedua, media dipandang amat lemah untuk memengaruhi khalayak. Dalam kondisi ini, khalayak bisa bersikap aktif untuk menegosiasikan atau menolak pesan-pesan kejahatan yang disajikan media. Daya intelektualitas, level ekonomi, atau usia merupakan faktor determinan yang tidak dapat dikesampingkan.

Ketiga, media memiliki dampak terbatas bagi khalayak. Hal ini dapat terjadi karena media dipandang sebagai salah satu faktor, selain faktor-faktor lain, seperti kematangan psikologis, konteks sosial yang melingkupi individu-individu, dan daya selektivitas khalayak terhadap muatan media sehingga media bisa berpengaruh pada tingkat gagasan, sikap, atau perilaku.

Fenomena yang tidak boleh dianggap sepele adalah televisi terlalu permisif untuk menampilkan kasus-kasus kriminalitas. Adegan rekonstruksi yang secara rutin ditampilkan televisi telah menjadi tontonan keseharian. Industrialisasi kejahatan menjadi kian marak digulirkan televisi. Kejahatan dikemas secara masif dan berulang-ulang dalam ruang keluarga. Alasan utama yang menjadi dalih klise ialah tontonan kejahatan amat diminati khalayak. Hasrat penonton menjadi justifikasi yang tidak boleh disanggah. Rating, sharing, atau perhitungan komersial mengakibatkan kriminalitas mudah dikonsumsi.

Mistifikasi pasar

Ketika para pengelola televisi berdalih tingginya berita-berita kejahatan yang ditampilkan karena permintaan konsumen, maka terjadilah mistifikasi pasar. Artinya, pasar dianggap sebagai kekuatan penentu yang tidak dapat dibantah. Padahal, dalam pasar itu ada mekanisme penawaran dan permintaan. Selera pasar bisa diciptakan dan diarahkan. Pasar tontonan seolah berlangsung secara alami, padahal yang sebenarnya berlangsung di pasar kemungkinan dapat direkayasa.

Pasar mendorong jurnalisme berita kejahatan sekadar mengabdi kepentingan modal dan pelipatgandaan keuntungan. Kenyataan ini berlangsung konsisten karena, seperti dikatakan John H McManus (Market-Driven Journalism: Let the Citizen Beware?, 1994), pasar memiliki enam karakteristik, yaitu (1) kualitas dan nilai ditentukan konsumen ketimbang produsen atau pemerintah; (2) responsif terhadap konsumen; (3) koreksi diri karena pasar bersifat fleksibel; (4) motivasi konstan dari pelaku pasar untuk berkompetisi; (5) mengandalkan efisiensi; dan (6) konsumen bebas untuk menentukan pilihan.

Namun, nilai yang sering diabaikan pasar ialah moralitas. Pasar televisi tak pernah menggubris apakah tayangan berita kriminalitas berdampak buruk bagi khalayak. Doktrin utama pasar adalah semua tontonan dijual bagi konsumen. Apakah konsumen menjadi berperilaku jahat karena meniru adegan sadisme yang ditayangkan, para produsen tontonan tidak peduli. Bahkan, produsen cenderung menyalahkan khalayak yang dianggap tidak bisa bersikap kritis terhadap berita-berita kriminalitas. Itulah yang dalam bisnis dinamakan externalities, yakni kehancuran dan imoralitas sosial yang terjadi dianggap di luar tanggung jawab media. Televisi tidak pernah keliru karena konsumen sendiri yang dinilai tahu risikonya.

Dilanda anomi

Industrialisasi kejahatan yang dijalankan televisi secara potensial dan nyata mampu menciptakan inspirasi bagi aksi- aksi kejahatan berikutnya. Hal ini mudah dipicu saat masyarakat dilanda anomi, yakni situasi tanpa norma. Pada situasi anomi, tatanan komunitas dan sosial merosot, digantikan rasa keterasingan dan kekacauan. Dalam situasi anomi, terjadi penekanan berlebihan pada tujuan-tujuan hidup, tetapi cara-cara meraih tujuan itu tidak mampu disediakan secara mencukupi. Salah satu kekuatan kunci yang terlibat dalam penanaman tujuan-tujuan hidup adalah media. Media pula yang mengajarkan bagaimana menjalankan kejahatan untuk meraih tujuan hidup itu (Yvonne Jewkes, Media and Crime, 2005).

Televisi berulang memberi contoh bagaimana cara menerabas dapat digunakan untuk meraih tujuan hidup yang dianggap sukses. Meski itu dianggap tindak kejahatan, yang berarti pelanggaran terhadap hukum dan norma-norma, tetap saja diimitasi individu-individu tertentu. Sebab, mereka berpikir tiada cara lain yang lebih baik ketimbang beraksi sebagai kriminal. Di situlah televisi menanamkan perilaku kejahatan dan masyarakat melakukan pembelajaran. Mereka yang melakukan peniruan itu biasanya dari kelompok marjinal yang tidak punya akses untuk meraih tujuan hidup yang baik.

Lazimnya, industri kejahatan yang diandalkan televisi adalah kasus-kasus kriminalitas jalanan yang melibatkan kaum pinggiran. Bukankah kejahatan jalanan mudah memancing sensasi karena melibatkan kekerasan fisik yang berdarah-darah? Klop dengan dogma industri kejahatan di televisi yang berbunyi: If it bleeds, it leads. Semakin berdarah-darah semakin meriah!

Triyono Lukmantoro Dosen Sosiologi Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro Semarang

Senin, 27 Oktober 2008

Matinya Kamera Saku


Senin, 27 Oktober 2008 | 01:59 WIB

Ponsel berkamera bertubi-tubi meluncur ke pasar. Sepuluh tahun lalu, melihat ponsel berkamera VGA saja sudah seperti melihat barang mewah yang menggiurkan. Memandang orang menenteng ponsel berkamera VGA seperti melihat orang yang menenteng harta mentereng ke mana-mana.

Ponsel, baik berkamera maupun tidak, menjadi bagian dari kehidupan dan gaya hidup. Ponsel merupakan kebutuhan utama dan bukan lagi barang mewah. Ponsel berkamera pun menjadi bagian dari gaya hidup modern.

Perkembangan teknologi ponsel berkamera semakin kencang di kedua bidang, baik teknologi seluler maupun teknologi fotografi. Fasilitas 3,5G dan Wi-Fi menjadi atribut wajib. Di sisi fotografi, angka megapiksel (mp) semakin besar, kualitas lensa semakin baik, dan fasilitas lampu kilat semakin memadai.

Ponsel berkamera yang beredar di pasaran secara resmi diyakini sudah mencapai resolusi 8 mp dengan lensa buatan sendiri dan flash. Teknologi seluler di ponsel tersebut sudah mengakomodasi jaringan 3,5G dan Wi-Fi. Adapun kamera saku yang beredar di pasaran memang sudah mencapai resolusi 14,7 mp.

Lebih andal

Secara riil, pasar lebih memprioritaskan harga ketimbang resolusi, meski tak mengenyampingkannya. Misalnya, ponsel berkamera terkini dan resolusi 8 mp berharga Rp 8 juta tentu lebih menarik ketimbang kamera saku resolusi 8 mp berharga sama. Kamera saku tak bisa dipasangi SIM card, sementara ponsel berkamera bisa memotret dan dilengkapi lampu kilat pula.

Dan, bukan tak mungkin resolusi 14,7 mp itu bisa segera disamai ponsel berkamera. Sebuah ponsel berkamera buatan China sudah mengadopsi perangkat keras teknologi fotografi secara hampir utuh. Ponsel berkamera 8 mp tersebut dilengkapi lensa yang besarnya sama dengan kamera saku. Diyakini, besar sensornya menyamai besar sensor yang ditanam di kamera saku dan kualitas gambar pun hampir sama.

Kamera digital memang diproduksi pertama kali dalam bentuk kamera saku. Sony merilis seri Mavica (Magnetic Video Camera) pertama kali tahun 1981. Teknologi digital berkembang terus memungkinkan produksi kamera saku dengan teknologi sensor yang lebih andal dan teknologi penyimpanan (storage) yang lebih aman.

Ponsel dan kamera yang disatukan diyakini pertama kali dirilis secara komersial oleh Sharp dengan produk berkode J-SH04 atau akrab disebut J-Phone. Ponsel berkamera pertama ini dirilis November 2000 beresolusi 0,1 mp. Dan, perkembangan teknologi, baik fotografi digital maupun seluler, terus melaju bak grafik deret eksponensial terhadap waktu.

Seandainya teknologi ponsel berkamera terus saja menyamai teknologi kamera saku, pasti konsumen lebih memilih kamera yang bisa menelepon atau telepon yang bisa memotret. Apalagi teknologi fotografi yang ditanam di ponsel semakin membaik saja. Di kamera saku ada teknologi pendeteksi wajah (face detection), demikian pula di ponsel berkamera 8 mp.

Fasilitas penghilang efek mata merah (red eye reduction) pun sudah ada di ponsel berkamera. Bahkan, ponsel berkamera 8 mp juga sudah dilengkapi memori internal 16MB, fasilitas yang tak dijumpai di kamera saku terkini karena semata-mata mengandalkan kartu memori.

Bahasa fotografi

Publik yang semakin akrab teknologi sudah bisa dipastikan identitasnya. Mereka adalah orang-orang yang akrab internet dan punya e-mail, didukung penyedia jasa seluler yang membuat SIM card yang di-set sambungan internet secara otomatis. Mereka juga adalah orang-orang yang bergaul secara maya melalui jaringan interaktif sosial atau suka membaca dan menulis blog. Sudah tentu, mereka pun sebagian besar akrab dengan fasilitas chat di online messenger.

Orang awam yang gaptek saja paham fotografi meski hanya point and shoot. Sudah tentu pribadi-pribadi yang akrab teknologi digital populer menjadi penikmat fotografi pula. Di mana-mana anak-anak perempuan ABG suka memotret diri sendiri. Dulu hanya bisa di photo box, tetapi sekarang, ponsel berkamera amat memanjakan para ABG putri dengan kesenangan mengabadikan diri sendiri.

Alasan lain, ponsel kamera bisa mengalahkan kamera saku adalah dimensi. Kamera saku ukuran kompak tentu tak sulit ditandingi ponsel berkamera. Ponsel berkamera mengandung dua fungsi, telepon dan fotografi, sementara kamera saku tak bisa mengirim SMS apalagi chatting sambil menulis blog.

Sungguh menyenangkan menjalani aktivitas sehari-hari, baik pada saat bekerja maupun pada saat liburan jika bisa memotret dan membagikannya langsung via internet. Lebih menyenangkan lagi jika menyadari papan ketik di ponsel berkamera nyaman untuk menulis blog. Ponsel berkamera punya papan ketik, tetapi kamera saku tidak.

Maka, jadilah sebuah gaya hidup baru, yakni berbagi keseharian melalui bahasa visual fotografi secara maya.

Mengantongi dua benda mahal tentu merepotkan. Menjaga keduanya menuntut perhatian ekstra agar tak hilang atau tertinggal. Ada orang yang bisa meninggalkan rumah tanpa kamera, tetapi tidak tanpa ponsel. Semboyan para penggemar fotografi, ”jangan tinggalkan rumah tanpa kamera,” akan mudah dilaksanakan dengan kehadiran ponsel berkamera.

Ancaman kamera saku semakin nyata ketika para pedagang kamera menjerit mengenai profit margin yang menipis ketimbang produk kamera besar alias DSLR (Digital Single Lens Reflex). Jeritan semakin keras ketika produsen DSLR meliris DSLR kelas pemula yang harganya semakin murah dan beda tipis dengan kamera saku. Berjualan kamera saku akan diimpit dua pihak, pedagang ponsel dan pedagang DSLR.

Lengkaplah alasan yang membuat kamera saku menjadi produk yang akan meredup. Saat ini lonceng telah berbunyi. Gemanya memang tak langsung terdengar. Tapi, jika tak bersiap, jangan menyesal ketika opini ini terwujud nyata.

Kristupa Saragih Fotografer dan Administrator Fotografer.net

Menghemat Energi Menjangkau Daya Beli


KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
Senin, 27 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Kemajuan teknologi komunikasi informasi yang berkembang menjadi basis ajang interaksi sosial terbesar di dunia, pada saat bersamaan juga menjadikan akses jejaring internet menjadi semakin fungsional dibanding dekade lalu. Akses internet sekarang diakses di mana saja, di kantor, ruang makan, kamar tidur, dapur, dan lainnya.

Resep masakan sekarang tidak lagi tercetak di buku resep, tetapi menjalar melalui e-mail atau situs web. Kemajuan teknologi sekarang memudahkan dan menghadirkan efisiensi bagi siapa saja, tidak hanya para pekerja di kantoran yang menjalankan bisnis sehari-hari, tetapi juga para ibu rumah tangga yang memiliki kesempatan akses digital yang luas ke mana saja.

Konsep OLPC (One Laptop Per Child) yang dikembangkan Dr Nicholas Negroponte, pendiri Media Lab di Massachusetts Institute of Technology, telah mengubah jalannya kehadiran manufaktur komputer pribadi, meminiaturkan komputer bukan hanya notebook, tetapi juga komputer jenis desktop dengan harga di bawah 500 dollar AS.

Miniaturisasi dalam komputer sebenarnya bukan sesuatu yang baru, terutama bukan hanya berbentuk notebook, tetapi sudah pernah dilakukan juga terhadap komputer desktop. Apple memperkenalkan iMac menggunakan komponen notebook, dan beberapa produk lain juga melakukan hal yang sama memanfaatkan komponen notebook sebagai komputer desktop.

Penggunaan komponen komputer notebook untuk menghasilkan komputer desktop memang memiliki beberapa keuntungan, seperti penggunaan daya listrik yang rendah, faktor bentuk yang lebih kecil, menghemat tempat penggunaan, serta penggunaan dan pemasangan yang lebih bersahabat.

Dan, yang tidak kalah menarik dari penggunaan komponen notebook untuk membuat komputer desktop adalah skala ekonomisnya yang lebih rendah sehingga menjadi produk yang lebih terjangkau bagi konsumen pada umumnya. Dari sisi kinerja dan kualitas sebenarnya tidak banyak perbedaan antara komputer jenis ini dan komputer desktop pada umumnya.

Kembaran ”notebook”

Bagi Asustek Computer Inc, semua persoalan ini diejawantahkan secara cepat bak angin topan untuk menghadirkan produk-produk yang andal, ringkas, mudah digunakan, serta terjangkau bagi kebanyakan konsumen dunia. Ketika pertama kali memperkenalkan komputer seri Eee PC, komputer notebook yang ringkas dan terjangkau, konstelasi produk komputer pun berubah drastis.

Banyak produk komputer notebook kemudian meniru keberhasilan Eee PC. Berbagai kreasi notebook diproduksi, memadu ketersediaan teknologi canggih menyaingi keberhasilan notebook Eee PC yang dicari banyak orang di seluruh dunia.

Buat Asus, produsen motherboard terbesar di dunia, keberhasilan Eee PC dikemas lebih jauh dengan menghadirkan Eee Box, komputer desktop yang komponennya kembaran dengan notebook Eee PC.

Produk terbaru Asus ini menggunakan prosesor N270 Atom buatan Intel Corp dengan kecepatan 1,6 GHz, memori 1 GB RAM, serta kapasitas penyimpanan sebesar 80 GB hard disk SATA-150. Seperti pada umumnya komputer notebook, Eee Box mengintegrasik cip pemrosesan grafik Intel GMA 950 dengan teknologi shared video memory.

Walaupun tidak memiliki komponen optik berupa CD- ROM, yang membedakan Eee Box dengan komputer desktop lain adalah pilihan penggunaan sistem operasi di luar Windows XP Home Edition yang pre-installed di dalam hard disk. Produk terbaru Asus ini memiliki sistem operasi kedua yang ditanamkan dalam motherboard disebut Express Gate, teknologi yang sekarang mulai ditanamkan di beberapa motherboard Asus.

Express Gate yang berbasis Splashtop adalah sistem operasi instant-on berbasis Linux, menghidupkan Eee Box di bawah lima detik, memungkinkan penggunanya mengakses situs web, menggunakan aplikasi Skype teleponi internet, melihat dan menata foto digital, atau menghidupkan sistem operasi Windows.

Hemat energi

Produk Eee Box ini juga dilengkapi dengan monitor 16 inci (diagonal 40,64 cm), memungkinkan Eee Box dipasang di belakang monitor menjadikannya sebuah sistem komputer pribadi yang lebih ringkas. Kehadiran Eee Box setidaknya memang akan mengubah arah perkembangan teknologi komputer, mulai menghadirkan komputer yang tidak hanya hemat energi (menggunakan sekitar 25 watt listrik) serta terintegrasi ke dalam sistem jejaring internet yang semakin efisien.

Mereka yang mulai mengasosiasikan diri dengan kehadiran teknologi definisi tinggi, Eee Box memang bukan menjadi pilihan sentra multimedia karena kemampuannya yang terbatas untuk mengalirkan tayangan tajam format 1080p atau 720p.

Bagi mereka yang ingin memiliki komputer yang kedua atau ketiga di rumah, Eee Box adalah pilihan ideal karena hemat energi dan faktor bentuk yang ringkas, tetapi juga harganya yang terjangkau. Memiliki pilihan warna hitam, putih, hijau, dan merah muda, Eee Box terasa serasi menghias interior dapur atau ruang kerja. (rlp)

Teknologi Informasi


Inovatif!
KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
Senin, 27 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Oleh René L Pattiradjawane

Menghadirkan telepon seluler yang semakin cerdas tanpa mengubah faktor bentuk menjadi impian penting produsen ponsel dunia. Dan persaingan untuk secara konstan menghadirkan produk yang semakin cerdas telah memacu industri menghadirkan produk yang lebih canggih, inovatif, cerdas, terjangkau, dan futuristik.

Tidak ada yang menyangkal bahwa iPhone buatan Apple Inc telah mengubah jalannya kehadiran ponsel cerdas merek lain dengan mulai memperkenalkan berbagai fitur canggih yang intuitif. Fenomena iPhone memang memacu industri teknologi komunikasi informasi untuk mampu menghadirkan ponsel cerdas, secerdas komputer yang digunakan sehari-hari di kantor maupun rumah.

Konsumen dunia ternyata membutuhkan gadget canggih yang memiliki fitur mobilitas sebagai pengisi aktivitas digital dalam perjalanan mereka, baik menuju ke kantor maupun ke tempat tujuan tertentu. Kehadiran jenis perangkat ini sekarang menjadi bagian penting, apakah hanya sekadar untuk mengakses informasi di jejaring internet, membaca atau membalas e-mail, mendengarkan musik, atau meneruskan sambungan film serial yang sedang disaksikan di televisi semalam.

Kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang memberikan peluang dan terbentang sangat luas untuk terus-menerus mengisi jalannya kehidupan digital para konsumen, memanfaatkan akses internet yang semakin terjangkau karena kecepatan tinggi, nuansa digital sosial yang berkembang pesat, serta informasi yang semakin luas dan mendalam.

Di pasaran sekarang tersedia beragam pilihan ponsel cerdas yang mampu mengubah jalannya industri teknologi komunikasi informasi, serta menyediakan berbagai alternatif menarik bagi konsumen untuk menelusuri aktivitas digital mereka. Pilihan tak hanya pada faktor bentuk, tetapi juga sistem operasi yang beragam, seperti Mac OS untuk iPhone, Symbian pada produk Nokia, dan Windows Mobile pada berbagai ponsel kategori personal digital assistant.

Dipatahkan

Secara awam, kita pun menyaksikan perkembangan berbagai ponsel cerdas yang dibuat Nokia, Samsung, Sony Ericsson, dan berbagai manufaktur dunia lainnya adalah menyaingi kehadiran iPhone buatan Apple Inc dan menjadi fenomena penting untuk menghadirkan berbagai kecerdasan dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak, maupun rancang desain dalam faktor bentuk yang futuristik.

Selama ini Nokia asal Finlandia, yang menguasai pangsa pasar terbesar ponsel cerdas dunia, berhasil mengejawantahkan produk inovatifnya dalam beberapa seri penting, seperti E90 yang sangat sukses di Indonesia dan E71 yang sangat powerful di kalangan bisnis. Dominasi Nokia ini secara perlahan mulai dipatahkan dengan kehadiran produk iPhone 3G yang sangat intuitif dan futuristik, mudah digunakan, dan dijajakan terjangkau untuk konsumen yang memiliki kontrak dengan operator.

Kehadiran iPhone pada umumnya tidak hanya mengubah lanskap ponsel cerdas, tetapi juga pola bisnis baru tersinkronisasinya gadget futuristik dengan jejaring internet memberikan kemudahan mengakses. Kombinasi iPhone dan iTunes yang memungkinkan untuk mengunduh musik dan video digital maupun berbagai aplikasi memberikan pandangan baru tentang peluang bisnis yang bisa dikembangkan untuk melakukan konvergensi digital secara luas.

Fenomena ini pun akhirnya ditangkap Sony Ericsson, produsen ponsel gabungan yang termasuk dalam lima besar dunia, memperkenalkan seri terbaru ponsel cerdas yang tidak kalah inovatif dengan rancang desain futuristik. Produk yang diberi seri XPERIA X1 ini adalah ponsel cerdas pertama Sony Ericsson yang menggunakan sistem operasi Windows Mobile 6.1 Professional buatan Microsoft.

Perubahan sistem operasi ini sendiri memang selama ini ditutup rapat oleh Sony Ericsson sehingga menjadi pertanyaan sejumlah pengamat ponsel cerdas tentang pergeseran dari sistem operasi ponsel UIQ (user interface quartz) berbasis Symbian. Selama bertahun-tahun Sony Ericsson menggunakan UIQ untuk berbagai ponsel cerdasnya, seperti P800 yang gagal sampai seri P910 yang termasuk berhasil.

Kombinasi kecerdasan

Perpindahan penggunaan Windows Mobile oleh Sony Ericsson kemungkinan merupakan strategi antisipasi menghadapi Research in Motion asal Kanada yang menghadirkan keberhasilan push e-mail. Kita sudah mendengar Nokia melakukan kerja sama dengan Microsoft untuk mengintegrasikan push e-mail ke berbagai produknya, dan Sony Ericsson sendiri tidak mau mengambil risiko ”ketinggalan kereta” dan mengadaptasi langsung Windows Mobile yang lebih mudah terintegrasi dengan Microsoft Exchange, aplikasi e-mail yang populer.

Sebagai ponsel cerdas, XPERIA X1 termasuk produk terobosan menghadirkan kombinasi kecerdasan dalam mengakses dan menjalankan berbagai aplikasi digital maupun menggabungkannya dengan teknologi layar sentuh menggunakan stylus. Rancang desain dengan menggunakan bahan metal pada bagian papan ketik QWERTY menjadikan produk ini menyenangkan digunakan.

Harus diakui, produk Sony Ericsson ini adalah ponsel cerdas paling berhasil yang pernah dihasilkan gabungan perusahaan teknologi elektronik asal Swedia, LM Ercisson, dan Sony Corporation asal Jepang. Kecerdasan XPERIA X1 ini antara lain tecemin dalam penggunaan prosesor MSM7200A buatan Qualcomm yang mampu mengintegrasikan teknologi seluler (HSDPA maupun HSUPA) dan GPS-A sebagai kesatuan dengan kecepatan 528 MHz.

Kecerdasan lain ponsel dengan kamera digital 3,2 megapiksel ini adalah tata letak papan ketik QWERTY yang memasang 12 tombol paling atas tidak terlalu dekat layar monitor dan disembunyikan di balik layar monitor 3 inci (diagonal 7,62 cm) dengan resolusi 800 x 480 piksel. Setelah mencoba menggunakan XPERIA X1 ini, terasa bahwa para insinyur Sony Ericsson mempersiapkan produk ini secara matang dengan produk akhir yang sangat inovatif.

Menggunakan panel sentuh pada posisi vertikal, akses XPERIA X1 menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Tampilan layar yang tajam, serta aplikasi yang responsif, produk ini sangat impresif dan menjadi ponsel cerdas yang memadai untuk digunakan di tengah maraknya jejaring sosial internet.

Kamis, 09 Oktober 2008

Raja Cokelat 2

Raja yang Pemalu
Kamis, 09 Oktober 2008
Oleh : Harmanto Edy Djatmiko


Sejenak, mari kita bernalar. Low profile dan tertutup – dua hal ini jelas beda sekali maknanya. Low profile lebih menunjukkan sikap hidup yang rendah hati, tak mau menyombongkan diri. Sementara tertutup lebih menunjukkan sikap hidup yang cenderung menyendiri dan enggan berbagi.

Namun, entah mengapa, kedua istilah tersebut – low profile dan tertutup – sering dianggap sama oleh banyak pengusaha Indonesia. Sehingga, banyak pengusaha kita, dengan alasan ingin low profile, memilih bersikap tertutup. Sikap seperti itu pula, tampaknya, yang dipilih keluarga Chuang.

Berbagai cara telah ditempuh SWA agar bisa mewawancarai keluarga ini, tapi gagal. Suatu ketika, mereka pernah menyatakan bersedia diwawancara. Namun, sehari sebelum waktu pertemuan yang telah kami sepakati bersama, tiba-tiba mereka membatalkan. Padahal, tujuan kami hanya ingin menggali nilai-nilai dan budaya kerja yang menopang sukses mereka. Tak lebih, tak kurang.

Berbagi ilmu adalah sikap hidup sekaligus pekerjaan mulia. Belum pernah kita dengar dalam sejarah, orang menjadi miskin karena membagikan ilmunya. Justru sebaliknya, orang menjadi semakin kaya setelah ia membagikan ilmunya. Kalau Ceres tidak mau terbuka karena takut dicuri rahasia bisnisnya, ini sungguh alasan kuno dan mengada-ada. Semudah itukah mencuri rahasia sukses sebuah perusahaan? Sukses adalah ramuan rumit dari berbagai unsur. Bukan sekadar kerja keras, gigih dan pantang menyerah – petani kita juga banyak yang begitu, tapi nasibnya tetap saja mengenaskan.

Dalam sukses, biasanya terkandung unsur lain yang lebih mendalam dan mengakar seperti fisolofi, budaya, nilai-nilai, dan kearifan hidup. Unsur-unsur inilah yang seharusnya disebarluaskan agar semakin banyak orang terserang virus entrepreneurship mereka. Alangkah luar biasanya jika semakin banyak perusahan keluarga di negeri ini yang mampu bermetamorfosis seperti Grup Ceres. Tanpa fasilitas pemerintah, kelompok usaha ini telah membuktikan diri mampu bertarung dan menjadi raja di tingkat global. Bagaimanapun, Indonesia masih membutuhkan banyak sekali makhluk yang disebut wirausaha untuk membangun struktur perekonomian yang sehat.

Sikap terbuka dan kesediaan untuk saling berbagi, yang menjadi kunci utama untuk mewujudkan semua itu.

Raja Cokelat

Raja yang Pemalu
Kamis, 09 Oktober 2008
Oleh : Harmanto Edy Djatmiko

Selain menguasai bisnis cokelat dalam negeri, Grup Ceres juga pemain yang sangat disegani di kancah global. Sayang, meskipun sudah go public di Singapura, pemiliknya – keluarga Chuang – sangat tertutup...

Tak perlu analisis canggih untuk menyimpulkan kehebatan Grup Ceres. Kunjungi saja para peritel. Dari yang kelas raksasa macam Carrefour atau Giant, hingga kelas Indomaret dan Alfamart, kios-kios di stasiun bus atau kereta, warung-warung di kompleks perumahan, bahkan kedai-kedai rokok. Di semua tempat itu, dengan gampang akan Anda temui beragam produk keluaran kelompok bisnis ini seperti cokelat merek Silver Queen, Ritz, Delfi, Chunky, wafer Briko, Top, atau biskuit Selamat. Total, ada 27 merek terkenal keluaran Ceres yang menggerojoki pasar makanan berbahan baku cokelat. Sedemikian perkasanya merek-merek tersebut, para pemain cokelat top dunia sekelas Cadbury, Arnotts dan M&M pun dibuatnya keok bertarung di negeri ini.

Itu baru yang kasat mata. Selain menguasai makanan cokelat untuk konsumen individu seperti disebutkan di atas, Ceres juga rajanya cokelat ingridient yang dipasok ke industri. Enam pabriknya tersebar di Malaysia, Thailand, Filipina, Brasil, Meksiko, dan (tentu saja) Indonesia. Dari pabrik-pabrik inilah Grup Ceres mengekspor produk cokelat ingridient-nya ke 30 negara. Untuk urusan ini, kantor pusatnya yang tadinya bermarkas di Bandung, belum lama ini dipindahkan ke Singapura, bernaung di bawah holding company Petra Foods Pte. Ltd.

Nah, Petra Foods adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Singapore Stock Exchange. Namun, mayoritas saham (60%) masih digenggam keluarga Chuang, sedangkan 40% sisanya di tangan publik dan sebuah bank di Prancis. Tahun lalu, omset Petra Foods senilai US$ 836,61 juta dengan laba bersih US$ 24,70 juta. Dengan posisi keuangan sehebat ini, Grup Ceres kini dinobatkan sebagai Raja Cokelat No. 3 Dunia. Kehebatannya hanya bisa ditandingi oleh raksasa Mars Group (M&M) dan Hershey.

Cikal bakal PT Ceres sebetulnya perusahaan tua yang didirikan di Bandung, Jawa Barat, oleh orang Belanda, dengan nama NV Ceres. Ketika Jepang menduduki Indonesia, pemilik Ceres pulang ke Belanda dan menjualnya kepada orang Indonesia dan berganti nama menjadi PT Ceres.

Nah, siapa keluarga Chuang? Masih serba sedikit, memang, informasi tentang keluarga ini. Yang jelas, keluarga Chuang, yang asli Garut, Jawa Barat, bukanlah keturunan Cina seperti disangka banyak orang, melainkan dari Birma. Keluarga ini terdiri dari lima bersaudara. Dua wanita tercatat sebagai komisaris perusahaan dan tiga lelaki sebagai pengendali perusahaan. Lelaki tertua, John Chuang, bertindak sebagai CEO yang mengendalikan perusahaan dari kantor pusat di Singapura. Ia lebih banyak mengontrol keuangan. Selanjutnya, Joseph Chuang lebih banyak berkomunikasi dengan peritel. Yang terakhir, William Chuang, lebih banyak mengurusi food service dan urusan pabrik. Ketiga kakak-adik ini terkenal sebagai jagonya tester cokelat yang tak ada tandingannya di Indonesia sampai sekarang.

Meski perusahaan ini telah go public di Singapura, keluarga Chuang terkenal sangat tertutup. Beberapa sumber SWA mengatakan, keluarga Chuang sebetulnya low profile dan sangat tidak suka publikasi. Sehari-hari, mereka adalah pekerja keras yang gigih dan tak kenal menyerah. Tentu saja, tak ada hal baru – apalagi istimewa – dari penyataan sumber SWA itu. Di mana-mana, pengusaha ya begitu itu. Kalau pengusaha tidak mau bekerja keras, loyo dan mudah menyerah, ya sudah dilibas pesaing sedari dulu.

Senin, 08 September 2008

Ponsel China Terjangkau Memiliki Kamera Resolusi 8 Megapiksel

KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images 

Senin, 8 September 2008 | 03:00 WIB 

Kemajuan teknologi komunikasi informasi tidak bisa disangkal sangat terkait dengan kemajuan yang dicapai oleh RRC, negara berpenduduk 1,4 miliar orang. Daratan China menjadi basis manufaktur dan pasar konsumen ponsel terbesar di dunia.

Dari jumlah penggunaan, China adalah pengguna ponsel terbesar di dunia dengan beberapa juta orang di antaranya memiliki beberapa buah ponsel untuk keperluan pribadi dan bisnis. Pada awal tahun ini, pengguna ponsel yang tercatat pada operator lokal mencapai 592 juta pelanggan.

Kekuatan China, dalam membuat ponsel dan jumlah penggunanya, mampu membangun dan sekaligus menjatuhkan merek apa pun yang dijual di daratan China. Operator ponsel dengan skala seperti China Mobile, misalnya, dengan lebih dari 400 juta pelanggan dengan mudah akan mendikte merek ponsel yang ingin dipasarkan.

Atau, China pun mampu memberikan dampak serius terhadap portfolio investasi teknologi komunikasi, seperti teknologi 3G. Dengan mudah, China menolak penggelaran teknologi 3G dan memaksa investor dan pengembang teknologi ini mengikuti standar yang diinginkan China.

Yang tidak kalah menarik, selain sebagai pasaran konsumen ponsel, China juga memproduksi ponsel secara masif menghadirkan berbagai merek lokal yang mulai digemari konsumen lokal maupun luar negeri, termasuk Indonesia. Di daratan China ada merek-merek yang sama sekali baru, seperti K-touch, Gionee, Huawei, ZTE, Spansion, Qimonda, Amoy, Elitek, dan puluhan lainnya, menyaingi merek-merek ternama seperti Nokia, Motorola, atau Sony Ericsson.

Industri rumahan

Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 60 merek ponsel buatan China yang dipesan secara OEM (original equipment manufacturer), menyerbu pasaran Indonesia dengan harga yang terjangkau dengan beragam fitur yang tidak dimiliki oleh ponsel multinasional. Bulan Juni tahun ini saja ada merek-merek yang mulai dipasarkan yang tidak dikenal sebelumnya, seperti Gstar, D-one, My-G, Nexian, Swahoo, dan Titan.

Yang menarik, ponsel- ponsel buatan China ini mulai dijajakan dengan harga yang sangat murah, mulai dari sekitar Rp 200.000, memungkinkan penggunanya langsung melakukan percakapan teleponi. Dan, dampak yang diakibatkan oleh kehadiran ponsel buatan China ini mulai dirasakan oleh operator yang dengan gencar bersaing menurunkan harga, menawarkan berbagai macam promosi ”gratis,” dan lainnya untuk menarik konsumen sebanyak-banyak dengan layanan yang seringkali tidak masuk akal, seperti menelepon gratis pukul 02.00.

Selama satu bulan, berdasarkan data yang dimiliki Kompas, ponsel merek China yang terjual di pasaran tercatat sekitar 75.000 unit. Dan unit yang paling laku di pasaran adalah merek ZTE yang terjual lebih dari 26.000 unit, lalu Huawei sekitar 22.000 unit. Merek-merek lain di jual di bawah 10 unit, dan bahkan beberapa merek hanya mampu dijual sekitar ratusan unit.

Persoalannya, seringkali pada distributor maupun konsumen menghadapi persoalan dengan ponsel buatan China ini. Mulai dari spesifikasi maupun fitur yang tidak sesuai dengan pesanan, seperti memori disebut 64 KB ternyata hanya 32 KB, atau keluhan konsumen yang tidak mendapat layanan purna jual yang baik, fitur yang tidak berfungsi, panas, dan cepat rusak.

Persoalannya, ponsel buatan China ini, selain dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar di kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, juga dibuat oleh perusahaan skala kecil dan menengah sebagai industri rumahan yang meladeni pembeli distributor dalam kuantitas minimum tidak sampai 500 unit, misalnya.

Akibatnya, pengawasan kualitas produk ponsel jenis yang dibuat industri rumahan ini tidak terjaga sama sekali dan ketika dipasarkan di Indonesia memiliki persoalan dengan konsumen yang ingin memiliki ponsel. Namun, seringkali juga ponsel OEM buatan industri besar seperti Huawei dan ZTE memiliki persoalan karena jumlah ponsel yang diproduksi sangat masif, untuk bisa mencapai skala ekonomi agar bisa dijual dengan harga yang sangat murah.

Gradasi warna

Namun, di sisi lain, ada juga ponsel-ponsel buatan China yang memiliki kualitas tidak kalah menarik dibanding merek multinasional dengan fitur yang seringkali tidak dimiliki oleh Nokia, Sony Ericsson, atau sejenisnya. Salah satu ponsel China yang dicoba Kompas adalah K-touch C800 buatan Beijing Tianyu Communication Equipment Co Ltd yang didirikan pada tahun 2002.

Di China, ponsel K-touch menjadi ponsel populer dengan merek dua aksara kanji disebut Tian Yu atau secara harfiah diterjemahkan sebagai bahasa langit atau bahasa dewa, sebuah transformasi legenda yang dipercaya ratusan juta orang China. Mungkin, ponsel ini memang dimaksudkan untuk melakukan percakapan teleponi dengan para dewa dengan berbagai fitur yang dimilikinya.

K-touch ”Bahasa Dewa” memiliki perspektif berbeda untuk menghadirkan kecanggihan ponsel buatan China, sekaligus ”pamer teknologi” yang mampu dilakukan oleh K-touch yang selama ini memiliki puluhan model ponsel yang terbagi dalam tujuh kategori mulai dari yang disebut lishi jixing (model kuno) sampai kuxuan xuanping xilie (seri layar putar).

Berbeda dengan ponsel lain di pasaran, K-touch C800 menghadirkan ponsel dari perspektif lain dengan memberikan penekanan pada kamera ponsel yang mencoba mempertegas konvergensi teknologi ponsel berkamera dengan resolusi 8 megapiksel, atau mungkin juga kamera berponsel. Gagasannya memang bukan murni K-touch, karena Samsung asal Korea Selatan juga sebelumnya memproduksi ponsel kamera pertama dengan kemampuan 5 megapiksel.

Ponsel ”Bahasa Dewa” ini menggunakan CCD (charge-coupled device) untuk menopang kemampuan kamera 8 megapiksel, dan tidak menggunakan interpolasi untuk memanipulasi resolusi yang mampu dihasilkan oleh C800 ini. Selain itu, ponsel ini juga menggunakan pembesaran optik sampai tiga kali (3 x), serta sensitivitas cahaya sampai ISO 1600.

Menggunakan lampu pijar Xenon flash, fitur lain yang menarik dari K-touch C800 ini adalah layar monitor 2,8 inci (diagonal 7,11 cm) disentuh dengan jari atau menggunakan stylus. Ukurannya memang besar, 123 x 56 x 21 mm, dan ketika lensa optik keluar di bagian belakang, nyaris kita tidak bisa membedakan apakah C800 ini sebuah ponsel atau kamera digital.

Kualitas yang dihasilkan pun mengagumkan, sama dengan foto digital berbagai merek ternama yang ada di pasaran. Warna foto digital yang mampu dihasilkan C800 sangat terang dan condong vivid, tetapi mampu menangkap gradasi perbedaan warna memuaskan cocok untuk keperluan pribadi penggunanya atau sebagai alat bantu bisnis, misalnya agen rumah, arsitek, dan sebagainya yang memerlukan satu perangkat all-in-one ponsel dan kamera digital.

K-touch C800 adalah sebuah kemajuan teknologi yang mampu melakukan konvergensi utuh menghadirkan teknologi mutakhir dalam satu kemasan produk yang terjangkau. Satu saja persoalannya, berbagai ponsel buatan China ini belum memiliki teknologi 3G sehingga mengirim foto menggunakan C800 membutuhkan waktu sendiri yang bisa membosankan penggunanya yang menunggu terkirimnya foto resolusi tinggi. (rlp)

Ponsel China yang dijajakan di pasaran dengan harga yang sangat murah, sekitar Rp 200.000, ternyata mampu juga untuk menghasilkan kovergensi teknologi dengan menggabungkan berbagai fitur ponsel dan menghadirkan kamera digital resolusi tinggi. K-touch C800 memang termasuk besar ukurannya untuk ukuran ponsel yang digemari konsumen, tetapi ponsel yang laris di daratan China ini memiliki kamera resolusi 8 megapiksel serta layar sentuh yang futuristik.

 

 

Jumat, 29 Agustus 2008

Menyongsong Blog Seleb Indonesia


Oleh PEPIH NUGRAHA

Tulisan berjudul ”Geliat Portal Berita dan Senjakala Blog” di rubrik ini, 14 Agustus 2008, cukup mengejutkan para blogger, baik para blogger lawas maupun para debutan yang baru mencoba melangkah ke dunia blog. Pasalnya, blog dianggap sudah di ambang batas senja dan segera masuk ke dunia kegelapan.

Namun, tulisan itu ternyata menekankan bahwa yang berubah cuma perwajahan, jubah, atau baju sebuah situs pribadi. Blog dianggap terlalu sederhana jika dibanding portal yang bisa mewujud seperti wajah situs berita. Padahal jika sekadar perwajahan, Wordpress pun sesungguhnya memiliki blog gratisan berformat berita.

Portal maupun blog hanyalah pilihan, toh kedua-duanya bisa didapat secara gratis. Lebih dari sekadar itu, para blogger yang mengisi kontennya di blog atau portal mereka tidak akan pernah mati. Jumlah mereka diperkirakan malah bertambah. Selain membuat blog sendiri dari situs penyedia blog gratisan seperti Blogger dan Wordpress, mereka juga mewujud dalam situs jaringan sosial seperti Facebook, Multiply, Friendster, dan Myspace yang juga menyediakan lahan gratis untuk blogging.

Kini, jagat maya blog bakal semakin disesaki para pendatang baru, yakni para selebritis papan atas Indonesia, mulai penyanyi sampai artis sinetron yang berhasrat ngeblog. Karena yang membuat dan mengisi blog orang- orang ternama di dunia selebritis, nama khusus untuk mereka pun menjadi celeb blog atau blog seleb dalam bahasa Indonesia.

Pada awal kelahirannya, kehadiran blog dilecehkan sebagai media orang-orang narsis, orang- orang yang kelebihan hasrat menonjolkan diri sendiri.

Uniknya, jumlah blogger bukan malah menyusut, tetapi terus membengkak. Sebuah situs penyurvei blog menyebutkan, saat ini sudah ada lebih dari 100 juta blogger.

Penyedia blog gratisan seperti Wordpress, saat tulisan ini diturunkan, sudah mencatat 4 juta pengguna blog. Dari jumlah itu, lebih dari 141.000 posting atau konten yang diunggah (upload) setiap harinya dengan jumlah lebih dari 46 juta kata tercipta sehari itu. Padahal, selain Wordpress, ada puluhan situs penyedia web gratisan, semisal Blogspot, Blogsome, Blogdrive, Movable Type, LiveJournal, dan Dagdigdug. Situs yang terakhir disebutkan adalah penyedia blog milik orang Indonesia.

Bermula dari Sandra

Bagaimana media massa online menyikapi kehadiran blogger yang terus bertambah dari hari ke hari yang di Indonesia diperkirakan lebih dari 300.000-an blogger? Apakah cap narsis yang masih melekat pada para blogger harus dijauhi?

Sebentar, jangan anggap narsis barang kotor. Katakanlah itu barang kotor, jika dipoles pastilah ia bermanfaat, setidak-tidaknya bisa menciptakan peluang bisnis. Jangan sepelekan narsis. Dalam dunia maya, narsis juga berarti peluang bisnis. Tidak percaya? Mari kita cermati kiprah Kompas.com lewat kanal khusus selebritis, Seleb.tv, dalam mengelola narsis ini!

Pesinetron Sandra Dewi merupakan celeb blog pertama yang digarap Kompas.com, setidak-tidaknya sebuah blog yang diasuh secara profesional dan sudah menggaet iklan. Kini Seleb.tv kembali memfasilitasi hadirnya artis papan atas yang ingin ngeblog. Tidak tanggung-tanggung, belasan selebritis siap menyandang predikat blogger seleb dalam waktu dekat.

”Namun, yang benar-benar siap diluncurkan baru enam selebritis,” kata General Bisnis Kompas.com Edi Taslim.

Keenam selebritis yang siap ngeblog itu, antara lain, Cinta Laura, Titi Kamal, Christian Sugiono, Donna Agnesia, dan Darius. Jajaran artis lainnya yang sudah digarap Seleb.tv untuk jadi blogger seleb adalah Nadia Vega, Ahmad Dhani, Afgan, Mulan Jameela, Aura Kasih, Bunga Citra Lestari, Dewi Persik, Ari Lasso, Once, Julia Perez, Asmirandah, Catherine Wilson, dan Carissa Putri.

Ada juga presenter Ivan Gunawan dan Indra Bekti, pesulap Deddy Corbuzier dan Demian Aditya, novelis Zara Zettira ZR, psikolog Sonia Wibisono, Keluarga Chandrawinata, DJ Anton Wirjono, Bondan Winarno, kelompok musik The Cangcuters, Agriculture Band, Andra & The Backbone, dan Dewi Dewi.

Jajaran artis inilah yang bakal melengkapi blog seleb di Indonesia dengan pintu masuk utama melalui http://www.seleb.tv.

Berbeda dengan Sandra yang lebih memublikasikan kegiatannya sehari-hari sehingga membiarkan dirinya ”termonitor” oleh para anggotanya yang mencapai 10.000 itu, sedangkan Christian menunjukkan kegemarannya dalam fotografi dan menulis.

Ada rubrik ”100% Original Indonesia”, berisi hal-hal unik yang hanya ada dan terjadi di Indonesia. Contoh postingan foto sebuah bajaj yang sarat muatan kardus dari atas sampai bagian belakang, yang ia beri judul ”Bajaj Full!”

”Saya ke mana-mana bawa kamera, itu semua hasil jepretan saya,” kata Christian.

Satu contoh lagi blog Cinta Laura. Melihat baju blog seleb yang didominasi warna coklat tua dan gelap, blog ini berselera anak baru gede. Biodata pemilik nama lengkap Cinta Laura Kiehl ini ia ambil dari Majalah Kartini, sedangkan isinya didominasi foto, chat, dan video dirinya. Apakah blog seleb itu hanya sekadar blog dan tidak bisa di-monetize sehingga menghasilkan uang?

Model bisnis baru

Jika blog Sandra yang sudah lebih awal diluncurkan sudah menggaet sebuah produsen ponsel untuk beriklan, ini berarti sebuah ladang bisnis baru. Bukankah tinggal disepakati saja share antara pemilik blog dengan si desainer blog? Bukankah artis beken akan dikeremuni banyak penggemar dan kerumunan yang masif berarti peluang untuk memasang iklan?

Christian Sugiono tidak menampik kalau kegiatan ngeblog yang sudah lama dilakukannya sekarang saatnya menghasilkan uang. Ia tidak menampik ketenarannya sebagai selebritis akan mudah menarik pemasang iklan.

Jelaslah, blog yang pertama kali dilecehkan sebagai perkara narsis, kini sudah berubah menjadi model bisnis baru di dunia online. Web tidak lagi semata-mata mengandalkan perolehan banner iklan, tetapi juga menjadi bisnis web desain, organisator kegiatan, dan bisnis luar ruang yang akan menjadi tren bisnis online kini dan mendatang. Blog seleb merupakan contoh kecil saja

Sabtu, 26 Juli 2008

Fungsi HT Masih Tak Tergantikan


KOMPAS/AW SUBARKAH /

Jumat, 25 Juli 2008 | 03:00 WIB 

Sekalipun sekarang sudah banyak yang meninggalkan handie talkie atau HT, kebutuhan terhadap perangkat itu ternyata masih tetap tinggi. Masih banyak fungsi-fungsi HT yang belum tergantikan, sekalipun seperti perangkat telepon seluler sudah berkembang sangat cepat dan membanjiri pasar dunia.

Beberapa fungsi yang tidak tergantikan yang masih melekat pada radio dua arah ini seperti fungsi komunikasi dari satu ke banyak pengguna lain (one to many). Selain itu juga sifat kesegeraannya (instant communication) tetap menjadi andalan, terutama dalam kondisi darurat.

Bayangkan saja, dalam kondisi yang rutin dan membutuhkan kecepatan berkomunikasi ke sekelompok pengguna tertentu, masih harus menunggu koneksi, seperti pada telepon, atau bahkan memencet nomor tertentu dahulu yang pasti akan membuang banyak waktu.

Telepon seluler memang juga berupaya memberikan fitur di atas, tetapi aplikasinya masih belum sesederhana pada penggunaan HT. Ada fitur Push-to-Talk yang diberikan pada ponsel tertentu, tetapi ketergantungan pada jaringan berkecepatan tinggi (dan juga harus membayar berdasarkan pulsa pemakaian) membuat fitur ini tidak berkembang.

Dibutuhkan

Jadi, perangkat radio komunikasi masih sangat dibutuhkan untuk tugas-tugas yang kritis (critical mission), seperti petugas pemadam kebakaran, militer, ataupun kepolisian. Perangkat seperti ponsel memang lebih fleksibel untuk kebutuhan yang sifatnya pribadi, tetapi belum bisa diandalkan untuk tugas-tugas cepat dan terus-menerus itu.

”Teknologinya boleh dikatakan kuno, tetapi ternyata masih dibutuhkan masyarakat. Dari angka-angka penjualan radio komunikasi ini menunjukkan hal ini karena ternyata memang ada beberapa fungsi yang tidak tergantikan, termasuk oleh ponsel sekalipun,” kata Ronnie Sebastian, Senior Area Manager South Asia Indirect Business Group-Government & Public Safety Motorola.

Untuk meningkatkan kualitas komunikasinya, pihak Motorola mulai memperkenalkan sistem komunikasi digital pada perangkat konvensional ini meskipun perangkat seperti HT GP628 yang sudah digital belum dipasarkan di Indonesia.

”Teknologi digital lebih secure dibandingkan dengan yang analog, bahkan penerima bisa dipilih secara selektif. Sementara pada analog, suara bisa didengarkan melalui radio komunikasi lain,” kata Ronnie.

Selain keuntungan lain, seperti jangkauan lebih jauh, kapasitas dua kali lebih banyak jika menggunakan repeater dan suaranya lebih jelas.

Penjelasan Ronnie itu diungkapkan dalam acara peresmian concept store Motorola Excellence Centre pertama di Glodok, Jakarta, pada Selasa lalu.

Kantor yang lebih menyerupai showroom ini terletak di lantai dua Harko Glodok, di lingkungan penjualan berbagai perangkat radio komunikasi.

Dalam peresmian itu hadir Mike De Vente, Wakil Presiden Asia Pasifik Motorola, dan Albert Wong, Direktur Distribusi Radio Dua Arah Asia Selatan. Pada tahun 2007 saja Motorola telah mengirimkan lebih dari 700.000 unit radio dua arah ke kawasan Asia Pasifik melingkupi 25 negara.

Beberapa produk yang ditampilkan di toko Motorola itu seperti GP2000, GP3188, GP328, GP338, GP328 Plus, GP338 Plus, GM3188, GM338 dan berbagai aksesorinya. (AWE)
   
  A A A  
 
BERITA TERPOPULER
Kenegarawanan Pemimpin Kita
Histeria dalam Pesawat Qantas
Konsensus Beijing
Darurat Perang Jenderal Sudirman
Wapres Akui Adanya Kebosanan pada Pilkada
Konflik adalah Bagian dari Pendewasaan Internal PKB
Calon Muda Memiliki Energi, Kapasitas, Agenda
Hidup di Jakarta dengan Honor Rp 150.000 Per Bulan
Puluhan Miliar untuk Keperluan Pribadi
Debit Air Bendung di Sumbar Tetap Normal
Selama Enam Bulan Ada 382 Pelanggaran
Kearifan Lokal
Depdiknas Harus Berjiwa Besar Akui Kegagalan
Jangan Manjakan Parpol
Kejagung Mulai Sidik Pengadaan Kompor Gas

Rubrik: Nasional Regional Internasional Megapolitan Bisnis & Keuangan Kesehatan Olahraga Perempuan Properti Sains Travel Otomotif  
Situs: KOMPAS.com Bola Entertainment Tekno Otomotif Forum Community

Senin, 14 Juli 2008

Merek Indonesia


Menghadirkan Pilihan Desain
Komputer Berbeda bagi Konsumen Lokal
KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
Senin, 14 Juli 2008 | 03:00 WIB

Bersaing di tengah kemajuan pesat teknologi komputer dan ketatnya pasar dalam berhadapan dengan harga yang semakin terjangkau, desain yang semakin menarik, serta fitur yang semakin lengkap menjadikan komputer sebagai komoditas yang pesat diperdagangkan. Proses perubahan model, fitur, dan teknologi juga menjadi semakin cepat sehingga persaingan pun menjadi semakin ketat.

Di sisi lain, untuk menjadi merek Indonesia juga merupakan pekerjaan tidak mudah menghadapi merek global perusahaan multinasional dengan modal pemasaran yang besar. Dibutuhkan upaya ekstra untuk menjadikan merek Indonesia diterima oleh konsumennya sendiri, apalagi persaingan sekarang pun condong untuk menghadirkan harga yang sangat terjangkau dengan angka penjualan komputer sekitar Rp 5 juta.

Persaingan sekarang ternyata tidak meredupkan niat untuk bisa memperoleh pangsa pasar di kalangan konsumen sendiri, dan terlihat maraknya merek-merek lokal menyediakan alternatif pilihan perangkat komputer dengan fitur yang lengkap, harga bersaing, serta teknologi mutakhir.

Menghadapi ketatnya persaingan, desain memang menjadi daya tarik sendiri selain harga yang ditawarkan kepada konsumen. Berbagai merek lokal pun berlomba untuk menghadirkan desain menarik, mencari kesempatan untuk dilirik konsumen sebagai pilihan komputer pertama yang ingin dimiliki mereka.

Menggabungkan monitor

Upaya ini dicoba dikembangkan oleh PT Inti Sinar Anugrah, perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk monitor dan televisi berpusat Kawasan Industri Candi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Setelah berhasil dengan monitor dan televisi (baca juga Kompas 17/9/2007), perusahaan ini pun mulai peruntungannya untuk menghadirkan produk komputer seperti notebook yang terdiri dari berbagai pilihan sesuai fitur teknologinya, serta produk yang disebut sebagai deskbook.

Komputer deskbook dengan merek Advance ini, disebut juga sebagai all-in-one PC, komputer yang merupakan sebuah kesatuan dengan menggabungkan monitor dan perangkat komputer sebagai kesatuan, meniru model iMac buatan Apple sebagai komputer ringkas yang berbeda dengan komputer desktop yang memakan tempat.

Memiliki monitor 17 inci yang besar, prosesor Intel Dual Core T2130 dengan kecepatan 1,86 Ghz, memori 1 GB, serta kapasitas penyimpanan digital harddisk sebesar 120 GB, deskbook Advance memang berbeda dengan komputer lain yang ditawarkan di pasaran. Perbedaan dengan iMac buatan Apple, komputer Advance ini tidak memiliki kamera digital webcam yang menjadi daya tarik konsumen untuk membeli komputer yang lengkap tanpa perlu menambah peralatan lain.

Deskbook merek Advance juga memiliki pilihan warna putih, yang semuanya dilengkapi dengan perangkat cakram optik yang terletak di belakang monitor untuk memudahkan penggunanya melakukan instalasi aplikasi, atau menyimpan berbagai data di CD atau DVD-ROM.

Bisa dilipat

Berbeda dengan iMac, deskbook Advance memungkinkan untuk dijinjing pindah tempat seperti halnya sebuah notebook. Karena itu tidak mengherankan, penamaan seri produk deskbook ini merupakan gabungan dari komputer kategori desktop dan notebook karena kaki penyangga monitor ini bisa dilipat dan mudah untuk membawa monitor 17 inci dengan berat keseluruhan sekitar 6 kilogram.

Kinerja keseluruhan deskbook Advance ini tidak berbeda dengan komputer lain, yaitu menggunakan komponen standar yang lazim digunakan oleh berbagai merek komputer. Mereka yang baru pertama kali memiliki komputer tidak akan kecewa menggunakan deskbook Advance ini karena memiliki kinerja yang bisa diandalkan dengan prosesor dua inti buatan Intel Corp.

Harganya yang terjangkau seharusnya menjadikan deskbook ini sebagai pilihan menarik untuk memenuhi kebutuhan komputasi baik keperluan multimedia, bekerja, atau hiburan digital untuk memainkan permainan komputer. (rlp)

Mengindonesiakan "Notebook" Canggih

KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
Senin, 14 Juli 2008 | 03:00 WIB

Oleh René L Pattiradjawane

Tidak bisa disangkal perusahaan komputer lokal dengan merek Zyrex, yang dikembangkan PT Zyrexindo Mandiri Buana, adalah komputer merek lokal yang inovatif dengan pilihan desain komputer dan penamaan seri produknya yang unik khas Indonesia. Salah satu keunggulan merek lokal Zyrex ini adalah kemampuannya untuk mengikuti tren global perkembangan teknologi komputer, bergerak dalam siklus yang tetap menawarkan produk-produk baru.

Dalam persaingan produk komputer yang menjadi komoditas dan menjadi produk yang ingin dimiliki semua orang di tengah kemajuan teknologi komunikasi informasi, merek, seri produk, dan kiat pemasaran menjadi unggulan yang terus-menerus diperbaiki untuk menghadapi persaingan dalam penjualan komputer dan meraih pangsa pasar.

Setelah mengeluarkan seri Anoa dan Ubud, dua seri produk komputer Zyrex, belum lama ini diperkenalkan seri Wakatobi 526 sebagai komputer notebook jenis TabletPC yang bisa dilipat monitornya dan menggunakan teknologi layar sentuh. Mereka yang belum memahami lokasi geografis Indonesia akan mengira penamaan Wakatobi, yang terdengar seperti bahasa Jepang ini, merupakan upaya pemasaran yang dilakukan Zyrex untuk mendorong penjualan.

Pada kenyataannya, nama Wakatobi sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Indonesia yang dikenal sebagai Taman Nasional Laut Wakatobi, di Sulawesi Tenggara, yang memiliki aneka ragam jenis koral laut terkenal di dunia. Nama Wakatobi sendiri sebenarnya merupakan singkatan untuk empat pulau utama kawasan tersebut, yang terdiri atas Wangiwangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko, menjadi gugusan yang disebut sebagai Kepulauan Tukang Besi dan berada di bawah wilayah Pemerintah Kabupaten Buton.

Wakatobi adalah daerah penyelaman yang terkenal keindahannya dan para penyelam dunia pun merasa belum menyelam ke laut kalau belum mengunjungi daerah Wakatobi ini. Ketika Zyrex menggunakan nama Wakatobi untuk seri produk TabletPC-nya yang terbaru, kita pun menyadari kalau nuansa keindonesiaan produk ini memang kental untuk tidak hanya memperkenalkan wilayah-wilayah indah di Indonesia, tetapi juga memperkenalkan produk andal dengan nama Indonesia.

Intuitif

Sebagai produk teknologi, Wakatobi 526 adalah komputer notebook TabletPC yang menarik dan intuitif, mampu memproyeksikan kemajuan teknologi komunikasi informasi, dan menyesuaikan diri dengan namanya sebagai tempat tujuan wisata melakukan perjalanan panjang ataupun sebagai pusat riset kelautan kenamaan di dunia.

Artinya, produk TabletPC buatan Zyrex ini sekaligus mencerminkan kenyamanan untuk bisa menjadi produk yang bisa dibawa ke mana-mana serta andal untuk dijadikan perangkat untuk melakukan penelitian. Dengan berat sekitar 2,1 kg (termasuk baterai dan perangkat cakram optik), Wakatobi 526 cukup nyaman untuk dibawa-bawa ke mana saja.

Menggunakan prosesor Core2Duo T 5550 dengan kecepatan komputasi mencapai 1,83 GHz, memori 2 GB, penyimpanan digital harddisk 120 GB SATA, ataupun perangkat nirkabel untuk koneksi melalui hotspot, Wakatobi 526 mengekspresikan diri sebagai perangkat teknologi yang andal untuk digunakan sebagai sarana penelitian.

Yang menarik, produk ini juga dilengkapi rongga ethernet yang tidak lazim terdapat pada produk notebook, menggunakan Fast Ethernet LAN 1000/100/10, untuk berkomunikasi tukar-menukar data secara cepat dalam jaringan Gigabit. Memiliki Fingerprint ID Reader untuk memindai sidik jari, melindungi data-data di dalamnya, Wakatobi 526 ini juga dilengkapi dengan kamera web dengan resolusi dua megapiksel.

Nyaris sempurna

Desain mengilap piano finish menjadikan Wakatobi 526 ini nyaris sempurna sebagai produk dengan fitur lengkap dan teknologi mutakhir, serta harganya yang terjangkau untuk kategori TabletPC. Daya tahan baterainya pun terbilang memuaskan sampai dengan tiga jam, tergantung dari penggunaan serta aplikasi yang digunakan.

Tampil secara elegan, Wakatobi 526 menjadi perangkat menarik untuk menemani siapa saja di lapangan ketika sedang melakukan penelitian atau menjadi produk notebook andalan untuk digunakan sebagai sarana untuk menampilkan gagasan kepada para klien.

Harus diakui, produk terakhir Zyrex ini memiliki kekuatan yang mengesankan untuk bisa menjadi merek Indonesia yang diakui oleh konsumen pengguna teknologi komunikasi informasi. Di tengah persaingan harga jual yang ketat, Wakatobi 526 memiliki peluang untuk dimiliki oleh konsumen Indonesia sebagai komputer yang bisa diandalkan untuk berbagai keperluan dalam ataupun luar ruang.