Senin, 07 April 2008

Kompetisi Teknologi WiMAX-3G dan Kemunculannya di Indonesia

Senin, 7 April 2008 | 14:10 WIB

Tidak dimungkiri teknologi dalam industri telekomunikasi dapat saling berkompetisi dan akhirnya melibas teknologi yang lainnya. Ambil contoh teknologi seluler NMT (Nordic Mobile Telephony) dan AMPS (Advanced Mobile Phone System) pada sekitar tahun 1985-1992, yang saat ini pada frekuensi yang sama teknologi ini telah dilibas oleh teknologi CDMA2000 yang dioperasikan oleh operator CDMA di Indonesia.

Dalam konteks teknologi seluler yang memiliki kemampuan bergerak (full mobility), kedua teknologi ini sebenarnya dapat dikatakan sudah dilibas oleh teknologi CDMA dan GSM yang memberikan layanan yang serupa seperti teknologi sebelumnya tetapi dengan performansi yang lebih baik.

Perkembangan selanjutnya kedua teknologi ini akan berkembang menuju teknologi 4G, di mana WCDMA berevolusi menjadi LTE (Long Term Evolution) dan EV-DO berevolusi menjadi UMB (Ultra Mobile Broadband). Pada mulanya LTE dan UMB yang dijadwalkan masih cukup lama untuk mulai diimplementasikan, mungkin akan lebih cepat dengan kemunculan teknologi WiMAX (Worldwide interoperability for Microwave Access) yang memiliki kemampuan seperti halnya 4G yang juga memiliki kemampuan bergerak, membuat persaingan dominan teknologi 4G akan semakin sengit.

Ancaman 3G

Bagi teknologi 3G, kemunculan WiMAX mobile pada dasarnya bisa dikatakan sebagai suatu ancaman. Dengan kemampuan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari teknologi 3G yang ada saat ini, WiMAX mobile menawarkan performansi yang lebih baik bagi pengguna.

Belum lagi bila layanan panggilan suara dilakukan dengan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol) melalui WiMAX akan dapat memicu persaingan lebih ketat antara 3G dan WiMAX. Dalam ketersediaan teknologi, saat ini teknologi LTE ataupun UMB sebagai evolusi secara alamiah teknologi 3G memiliki keterlambatan ketersediaannya dibandingkan dengan teknologi WiMAX.

Dalam hal alokasi frekuensi pun WiMAX akan menjadi ancaman bagi 3G. Beberapa alokasi pita frekuensi yang tadinya merupakan kandidat untuk alokasi migrasi teknologi 3G akan harus berbagi kapling dengan WiMAX setelah berhasilnya WiMAX masuk dalam ”keluarga” IMT-2000.

Hasil WRC-07 (World Radio Conference) dalam rapat ITU bulan Oktober 2007 telah mengesahkan rekomendasi bahwa WiMAX menjadi bagian dari ”keluarga 3G” bersama-sama dengan teknologi 3G lainnya yaitu WCDMA, CDMA2000, TD- SCDMA, EDGE, dan DECT. Dalam implementasinya frekuensi operasi WiMAX dan 3G dapat saja memiliki alokasi pita frekuensi yang sama, ambil contoh pada pita frekuensi 2,3 dan 2,5 GHz yang pada masa mendatang dapat dipakai untuk teknologi 4G, baik teknologi WiMAX, LTE, ataupun UMB (lihat tabel frekuensi).

Perbandingan teknologi

Memang tidak begitu tepat untuk membandingkan teknologi WiMAX mobile dengan LTE maupun UMB mengingat teknologi ini memiliki waktu kesiapan pasar yang tidak sama, termasuk kemungkinan kesiapan di pasar Indonesia (lihat tabel ketersediaan teknologi).

Saat ini, WiMAX mobile telah siap di pasaran berikut dengan perangkat di sisi pelanggannya, sedangkan LTE maupun UMB masih menunggu sampai dua atau tiga tahun ke depan untuk siap secara komersial, termasuk di sisi pelanggan. Walaupun tidak dalam jumlah variasi yang cukup banyak, perangkat pelanggan untuk WiMAX mobile telah tersedia dalam bentuk datacard, dekstop modem, dan sedikit dalam bentuk PDA.

Untuk melihat bagaimana kinerja masing-masing teknologi tidaklah mudah mengingat tiap pabrikan pendukung teknologi ini saling mengklaim teknologi yang satu lebih baik dari teknologi yang lain. Masing-masing teknologi 4G ini memiliki pendukung utamanya sendiri-sendiri, seperti Intel mendukung teknologi WiMAX, Ericsson menggembar-gemborkan teknologi LTE, dan Qualcomm dengan teknologi UMB-nya.

Ketiga teknologi di atas juga memiliki waktu latency yang kecil (latency adalah keterlambatan waktu antara saat dikirim dan diterima), yang memungkinkan dilakukannya percakapan suara lewat paket data (voice over package data). Dalam hasil riset dipersyaratkan bahwa untuk memberikan kemampuan yang mirip kualitasnya terhadap panggilan melalui sistem seluler, besarnya latency tidak melebihi 150 ms. Baik WiMAX maupun LTE dan UMB mengklaim latency maksimum sekitar 30 ms.

Kemunculan di Indonesia

Kemunculan WiMAX di Indonesia semakin dekat dengan ditandatanganinya peraturan mengenai aspek persyaratan teknis untuk sistem BWA di pita frekuensi 2,3 GHz oleh Dirjen Postel pada 26 Februari 2008. Peraturan ini tentunya akan menjadi acuan dalam dokumen lelang BWA yang dijadwalkan pada tahun ini.

Walaupun tidak disebutkan secara spesifik bahwa pita frekuensi ini merupakan alokasi untuk teknologi WiMAX, tetapi dalam dokumen siaran pers tersebut disebutkan bahwa Dirjen Postel bersama-sama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi membuat program penelitian perangkat radio WiMAX di frekuensi 2,3 GHz tersebut sehingga besar kemungkinan teknologi WiMAX akan juga diimplementasikan.

Melihat kecenderungan harga lelang frekuensi WiMAX akan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga lelang frekuensi 3G seperti juga hasil lelang di negara-negara lain pada umumnya, maka sangatlah mungkin WiMAX akan dapat memberi harga layanan yang kompetitif dibandingkan dengan layanan data pita lebar dari teknologi 3G.

Melihat WiMAX juga memiliki kemampuan memberikan layanan koneksi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) seperti layanan Telkom Speedy tetapi melalui jaringan nirkabel, maka WiMAX akan menjadi alternatif layanan bagi masyarakat dan bagi daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan telepon.

Selain itu, WiMAX memiliki kemampuan seperti sistem seluler (mobility) sehingga WiMAX pun dapat memberi layanan seperti 3G saat ini. Karena itu, untuk alasan mempertahankan dan meningkatkan pasar, operator layanan data pita lebar baik yang menggunakan infrastruktur kabel maupun nirkabel boleh jadi akan tertarik untuk ikut lelang frekuensi WiMAX ini.

Kurniadi Djamili, Memperoleh Gelar Master dari Royal Melbourne Institute of Technology, Australia, dan Sekarang Bekerja di Salah Satu Operator Seluler sebagai Analis Teknologi

Tidak ada komentar: